Bukittinggi, Aktual.com – Aksi penolakan yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi terhadap Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) Mahyeldi dalam acara pengenalan budaya akademik dan kemahasiswaan (PBAK) telah memicu sorotan luas. Insiden ini terjadi pada hari Selasa sekitar pukul 15.00 WIB dan terekam dalam sebuah video yang kemudian menjadi viral di media sosial.
Dalam video tersebut, terlihat Gubernur Mahyeldi duduk di kursi yang disediakan oleh panitia PBAK. Namun, situasi berubah ketika seorang mahasiswa yang diidentifikasi sebagai Ahmad Zaki dari Presma UIN Bukittinggi berdiri di depan Gubernur dan menyampaikan penolakan terhadap kehadirannya. Ahmad Zaki dengan tegas mengungkapkan alasan penolakan tersebut, yakni sebagai bentuk solidaritas terhadap permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat Air Bangis, Pasaman Barat.
“Kami telah merencanakan aksi ini sejak awal, bahwa jika Gubernur datang, kami akan segera menurunkan spanduk penolakan dan meminta dia untuk meninggalkan ruangan PBAK. Tindakan ini kami lakukan sebagai bentuk kecaman atas semua tindakan yang terjadi dalam demonstrasi masyarakat Air Bangis di Padang,” ungkap Ahmad Zaki.
Namun, situasi sempat memanas ketika Ahmad Zaki dicoba diturunkan dari panggung oleh pimpinan kampus, petugas keamanan (satpam), dan ajudan Gubernur Sumbar. Meskipun sempat mengalami hambatan, Ahmad Zaki tetap gigih dalam menyuarakan penolakannya. Gubernur Mahyeldi sendiri akhirnya memutuskan untuk meninggalkan tempat acara tanpa memberikan pengarahan kepada lebih dari dua ribu mahasiswa baru UIN Bukittinggi yang hadir dalam PBAK tersebut.
Ahmad Zaki menegaskan bahwa aksinya bukanlah suatu bentuk penghinaan terhadap jabatan Gubernur, melainkan sebagai bentuk respons terhadap isu-isu sosial yang penting bagi masyarakat.
“Kami mengharapkan perhatian dari pemerintah terhadap persoalan yang kami angkat, dan kami tidak akan berdiam diri ketika hal-hal penting seperti ini terjadi di sekitar kami,” tegasnya.
Meski insiden ini terjadi, PBAK UIN Bukittinggi tetap dilanjutkan setelah kepergian Gubernur Mahyeldi dari lokasi. Para mahasiswa baru tetap mengikuti rangkaian kegiatan dengan semangat, sementara aksi penolakan ini menjadi pembicaraan hangat di kalangan civitas akademika dan masyarakat luas.
Artikel ini ditulis oleh:
Ilyus Alfarizi