Jakarta, Aktual.com – Gerakan rakyat Bali menolak reklamasi Teluk Benoa jadi contoh gerakan sosial yang berjiwa nasionalisme. Juga menjadi seperti mercusuar gerakan perlindungan pesisir di Nusantara saat ini.
Saras Dewi dari ForBALI (Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa) simpul Jakarta, mengakui banyak belajar dan terinspirasi oleh Rakyat Bali akan makna nasionalisme sesungguhnya.
Kata dia, di peringatan hari Maritim se-Dunia, rakyat Bali memberi contoh bagi banyak daerah lain dan mengingatkan bangsa Indonesia tentang bagaimana rakyat melindungi Tanah Air-nya dari keserakahan.
“Kalau dulu dari keserakahan kolonial, hari ini dari keserakahan pemodal,” ujar Saras yang merupakan Dosen Filsafat UI itu, dalam pernyataan tertulis yang diterima Aktual.com, Senin (26/9).
Dia juga mengapresiasi aksi Kirab Bendera Merah Putih yang digelar Minggu (25/9) terkait hari Maritim Dunia dan peringatan Puputan Badung ke 110 yang digelar Pasubayan Desa Adat/Pakraman Bali Tolak Reklamasi.
Saras menegaskan dukungan penuh atas semangat puputan dan nasionalisme sejati Rakyat Bali. Yang kental dalam perjuangan Pasubayan Desa Adat/Pakraman Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa. “Kami dukung penuh sebagai bagian dari Bangsa Indonesia, NKRI,” kata dia.
Sambung Saras, Kirab Bendera Merah Putih dilakukan Pasubayan Desa Adat dengan semangat melindungi Maritim Indonesia, melindungi Pesisir Nusantara. “Demi komitmen kita sebagai Bangsa yang tidak boleh lagi memunggungi pesisir dan perairannya,” ujar dia.
Dia juga menegaskan tuntutan ForBali untuk dicabutnya Perpres No. 51 Tahun 2014 yang jadi payung hukum reklamasi Teluk Benoa. Lebih dari empat tahun, ujar dia, Rakyat Bali desak pemerintah membatalkan proyek reklamasi Teluk Benoa dan mengembalikan status konservasi daerah itu. “Tolak Reklamasi Teluk Benoa!” ujar dia.
Artikel ini ditulis oleh: