Jakarta, Aktual.com – Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Prof. Dr. Budi Haryanto mengingatkan pentingnya strategi manajemen kualitas udara untuk memastikan keamanan anak ketika belajar di dalam ruangan kelasnya di masa pembukaan sekolah saat ini.

Menurut dia, pembukaan sekolah menjadi langkah penting yang pada akhirnya memang harus dilakukan, melihat potensi dampak belajar dari rumah terhadap perkembangan kognitif dan psikologis anak dalam jangka panjang.

“Di sisi lain, kita juga harus memastikan lingkungan belajar yang aman, apalagi dengan sifat virus COVID-19 yang dapat menular lewat udara (airborne). Di sinilah peran krusial dari strategi manajemen kualitas udara,” ujar Budi dia yang juga Fellow of Occupational and Environmental Health di Collegium Ramazzini, Italy, Ahad (26/9)

Para peneliti sebelumnya melaporkan, ruangan kelas dengan ventilasi udara yang buruk menjadi salah satu sumber penyebaran virus yang sangat cepat, sehingga diperlukan ventilasi dan pengukuran kualitas udara yang baik sebagai langkah pencegahan.

Berbagai studi juga membuktikan pentingnya manajemen kualitas udara untuk memastikan lingkungan belajar yang lebih aman bagi para murid.

Peneliti kualitas udara sekaligus penulis The Lancet Report on Airborne Transmission of SARS CoV-2 dan laporan Exhaled CO2 as a COVID-19 Infection Risk Proxy, Profesor Jose-Luis Jimenez menuturkan, berbagai studi menunjukkan peran penting mitigasi risiko berlapis, atau dikenal dengan istilah Swiss Cheese Model, dalam menurunkan risiko penularan COVID-19 secara signifikan di berbagai sekolah di belahan dunia.

Dalam model ini, ventilasi dan penyaringan udara menjadi kunci untuk memitigasi risiko penularan virus, dikombinasikan dengan upaya-upaya pencegahan individu seperti memakai masker dan mencuci tangan.

Manajemen kualitas udara dalam ruangan antara lain pengukuran kadar CO2, ventilasi udara, serta air filtration yang merupakan komponen kunci dalam menurunkan risiko penularan.

Co-Founder dan Chief Growth Officer nafas, Piotr Jakubowski, mengatakan, pandemi menjadi titik balik dan pengingat semua orang pada pentingnya kualitas udara bersih.

“Kami melihat pemantauan CO2, ventilasi, dan penyaringan udara bukan hanya sebatas jargon selama pandemi, melainkan strategi manajemen kualitas udara jangka panjang demi memastikan kehidupan yang lebih berkualitas ke depannya,” kata dia.

Strategi manajemen kualitas udara ini dapat diakses di ekosistem dari hulu ke hilir nafas melalui aria AirTest monitor yang akan mengukur kualitas udara dalam ruangan (CO2/PM2.5), Pure40 Purifier aria yang menggabungkan teknologi HEPA untuk membersihkan udara serta dapat dikontrol secara penuh melalui aplikasi nafas.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid