Surabaya, Aktual.com — Untuk memenuhi kebutuhan penukaran uang bagi masyarakat di Jawa Timur, Bank Indonesia wilayah Jawa Timur telah menyiapkan uang pecahan dengan total nilai Rp23,5 triliun.

Kepala Bank Indonesia (BI) Kantor Wilayah IV Jawa Timur Benny Siswanto mengungkapkan bahwa angka tersebut lebih besar dibandingkan tahun lalu yang disiapkan senilai Rp19 triliun.

“Jadi tahun ini ada peningkatan pecahan uang yang kita siapkan dibandingkan tahun lalu,” kata Benny di Surabaya, Kamis (9/6).

Benny menjelaskan, kenaikan nominal tersebut dikarenakan perekonomian di Jawa Timur yang terus meningkat selama setahun terkahir. Selain itu, banyknya kegiatan yang diselenggarakan masyarakat diprediksi lebih banyak dibanding tahun lalu.

“Nah, apalagi tahun ini, ada gaji ke 13 dan ke 14. Itu juga menjadi patokan kami,” lanjutnya.

Angka Rp23,5 triliun tersebut saat ini sudah disebar di seluruh bank di kabupaten/kota di Jatim yang meliputi 697 bank dan 72 BPR serta 697 outlet. Bahkan, pihaknya sudah melakukan pelayanan uang di pulau-pulau terpencil di wilayah kepulauan terpencil, seperti Pulau Bawehan, Masalembo, Sapudi dan Sapeken.

“Ternyata di kepulauan tersebut, masyarakat sangat antusias untuk menukarkan uang. Dan rata-rata uang mereka banyak yang lusuh, itu menandakan sekali-kali kita memang harus datang ke pulau-pulau terpencil,” jelasnya.

Untuk mengantisipasi adanya uang palsu, lanjut Benny, masyarakat di Jawa Timur, diharapkan menukarkan uang di bank-bank dan tidak disembarangkan tempat. Sebab, di bank-bank sendiri sudah terpasan spanduk yang bertuliskan “Melayani penukaran uang”

“Kalau ada bank yang menolak penukaran uang, silakan laporkan ke BI, kita akan menindakknya,” jelasnya.

Ketika disinggung apakah ada temuan bank yang menolak penukaran uang? Benni mengakui bank tersebut menolak bukan karena tidak mau, melainkan bank tersebut sudah kehabisan uang pecahan sehingga tidak bisa melayani penukaran.

“Kadang ada beberapa bank yang salah prediksi. Maksudnya mereka mengajukan permintan jumlah nominal yang diprediksi habis sampai sebulan, ternyata baru setengah bulan sudah habis,” tutupnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka