Makasar, Aktual.com — Penulis novel “Ayat-Ayat Cinta” Habiburrahman El Shirazy turut berbagi ilmu di arena Festival Sastra Islam Nasional di kampus Universitas Islam Makassar (UIM), Sulawesi Selatan, Selasa (6/10).
Selain Habiburrahman El Shirazy, sejumlah penulis ternama juga hadir dalam kegiatan seminar yang mengangkat tema “Sastra Dalam Perkembangan Islam” itu, di antaranya penulis novel “Ketika Mas Gagah Pergi” sekaligus Pendiri Forum Lingkar Pena Helvy Tiana Rosa dan Penulis Kumpulan Esai “Pemimpin Cinta” Edi Sutarto sekaligus Kepala Sekolah Islam Athirah Makassar.
Wakil Gubernur Sulsel Agus Arifin Nu’mang dalam sambutannya memberikan apresiasi khususnya kepada Forum Lingkar Pena (FLP) yang telah menyelenggaran kegiatan seminar dan workshop kepenulisan.
“Kami tentu berharap dengan kegiatan yang digelar FLP bersama UIM ini bisa menjadi motivasi bagi para penulis muda yang ada di Sulsel untuk terus mengasah kreatifitasnya dalam menulis,” katanya.
Menurut dia, cara pandang negara barat bahwa identik dengan kekerasan dapat dikikis melalui kegiatan tersebut. Oleh sebab itu, atas nama Pemprov Sulsel, Wagub sangat mendukung dan mengapresiasi atas terpilihnya Makassar sebagai tuan rumah FSIN yang akan digelar pada Desember 2015 mendatang.
Ketua Pembina FLP Makassar, Edi Sutarto, menyatakan kegiatan seminar yang menampilkan sejumlah novelis ternama itu hanya sebagai pembuka dari sejumlah agenda yang akan dilaksanakan seperti kegiatan orasi budaya workshop penulisan, peluncuran buku dan bedah buku, pertunjukan seni hingga sayembara penulisan.
Untuk workshop penulisan, pihaknya akan melibatkan para siswa, Mahasiswa, dan masyarakat umum.
Menurut dia, sastra Islam merupakan sastra yang mengajak para pembaca untuk tetap mengingat kekuasaan Allah. Satra Islam juga bisa dimanfaatkan sebagai ajang dakwah atau menyampaikan hal yang postif kepada masyarakat.
Bahkan, sastra Islam juga bisa menjadi media yang baik dalam meredam tindakan-tindakan yang tidak terpuji khususnya yang dilarang Allah SWT. Sebagai negara yang mayoritas beragama Islam maka selayaknya dibutuhkan pendekatan-pendekatan keislaman yang lebih ramah dan damai.
Artikel ini ditulis oleh: