Mantan Seamen BUMN, M Said Didu, saat menjadi pembicara diskusi Perspektif Indonesia di Jakarta,  sabtu (7/10). Said mengingatkan terminologi menjual anak perusahaan BUMN bisa menimbulkan kecurigaan publik bahwa seakan-akan BUMN mau dijual untuk membiayai infrastruktur. Jika memang penjualan itu untuk biayai sejumlah pembangunan infrastruktur. Said menyarankan agar pembangunan infrastruktur yang belum mendesak agar ditunda mengingat pertumbuhan ekonomi hanya lima persen atau meleset dari target tujuh persen. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Mantan Sekteratis Menteri BUMN, Said Didu meminta masyarakat mengawal proses negosiasi saham PTFI yang rentan terjadi ‘penumpang gelap’ untuk keuntungan kelompok tertentu. Dia yakin perusahan sebesar PTFI sangat banyak pihak yang berkepentingan.

“Tapi penumpang gelap akan selalu ada. Kita harus jaga jangan sampai terjadi konsolidasi pelaku tambang yang ada di pemerintahan, di DPR dan pengusaha, ini yang kita kawal.” Kata dia.

Selain itu, yang cukup krusial, jika akuisisi saham 51% dapat diselesaikan dan hak operasional berada pada Freeport, dia mengkhawatirkan akan ada permainan yang memungkinkan saham pemerintah akan mengalami delusi secara terus menerus.

“Yang lebih gawat, 51 kita akan divestasi, saat kita nggak punya uang maka saham kita akan delusi. Tahun depan puncaknya investasi. Jadi jangan banga dulu jika berhasil mengambil 51 persen. Pertanyaannya, pengelolaannya ada pada dia (Freeport), berarti perhitungan sebenarnya nilai investasi ada pada dia, maka pada saat investasi, dia bilang, hei uang mu! kalau tidak ada uang maka delusi. Itu terjadi di hotel Borobudur, Borobudur 36 persen tinggal 1 persen. Datang lagi, mau renovasi pak makanya tinggal 1 persen, nah itu taktik,” pungkas Said Didu.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta