Dua orang terlihat di lantai Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (31/7/2015). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari terakhir pekan ini ditutup berhasil tembus 4.800 didukung ramainya transaksi. IHSG melesat 90,04 poin atau 1,91% ke level 4.802,53. AKTUAL/TINO OKTAVIANO 

Jakarta, Aktual.com — Anggota Kompartemen Sosialisasi dan Edukasi Asosiasi Pengelola Reksa dana Indonesia (APRDI) Rudiyanto mengatakan kinerja produk reksa dana jenis saham yang mencatatkan hasil negatif selama 2015 ini terimbas penurunan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

“Tetapi kalau ‘market’ lagi positif, terkadang kinerja reksa dana saham lebih tinggi dari IHSG,” kata Rudiyanto yang juga Head of Operation and Business Development Panin Asset Management di Jakarta, Rabu (3/9).

Ia menambahkan penurunan kinerja produk investasi yang menurun dikhawatirkan mengganggu tujuan investasi pemodal. Pasar saham masih dibayangi sentimen pelambatan ekonomi global, termasuk di Indonesia serta ketidakpastian kenaikan suku bunga Bank Sentral AS atau the Fed.

Kendati demikian, lanjut dia, ada harapan positif menyusul berlangsungnya pemilihan umum kepala daerah (pilkada) serentak. Biasanya, saat ada pemilu, konsumsi masyarakat meningkat dan bisa menjadi sentimen positif bagi perekonmian domestik.

“Akhir tahun, IHSG diprediksi masih cenderung menguat karena ada faktor ‘window dressing’. Dan mungkin nanti sudah ada kepastian terkait rencana kenaikan suku bunga oleh The Fed,” kata Rudiyanto.

Berdasarkan data PT Infovesta Utama, sepanjang Januari-Agustus 2015, indeks reksa dana saham turun 17,56 persen yang merupakan penurunan tertinggi dibandingkan instrumen reksa dana jenis lainnya.

Tercatat, indeks reksa dana campuran turun 9,17 persen. Sementara indeks reksa dana pendapatan tetap naik tipis 0,82 persen, indeks reksa dana obligasi pemerintah naik 1,49 persen, dan indeks reksa dana obligasi korporasi menguat 4,95 persen.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka