Jakarta, Aktual.com — Munculnya masalah indikasi penyimpangan penggunaan dana atas pinjaman Bank BUMN dari China Development Bank (CDB) sebanyak USD3 miliar memang sejak awal sudah diprediksi oleh Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran (FITRA) .
Lebih lanjut peneliti FITRA, Gulfino Guevarra mengatakan bahwa ada Sekenario besar yang akan mengkooptasi Bank BUMN melalui peminjaman tersebut.
Cara yang digunakan yakni menjebak Bank BUMN agar terikat pada utang, dengan begitu Bank BUMN akan dikuasai oleh pihak pemberi pinjaman.
“Ini peminjaman berdasarkan pesanan pihak tertentu, Bank BUMN dipaksa minjam dengan alasan untuk infrastruktur, padahal ini merupakan upaya penguasaan Bank BUMN, ketika nanti ada permasalahan dalam pembayaran, mereka bisa menguasai itu,” kata Gulfino di Hotel Ambhara Jakarta, Selasa (5/4).
Berkaitan denga penyalahgunaan kucuran dana tersebut kepada PT Medco milik Arifin Panigoro sebesar USD395 juta, menurut Gulfino hal itu bagian dari skenario untuk menjadikan Bank BUMN sebagai tameng ketika nantinya ada kendala dalam pembayaran.
“Alasan peminjaman dana itu jelas untuk paket infrastruktur, kalau ini digunakan keluar dari hal itu maka ini memang terbukti sknario untuk mengkooptasi Bank BUMN,” pungkasnya.
Seperti diketahui bahwa beberapa Bank BUMN meminjam dana dari CDB sebanyak USD3 miliar, dalam laporan para Direktur Utama Bank BUMN kepada DPR komisi VI, dana tersebut diperuntukan pembangunan infrastruktur.
Namun berdasarkan data debitur pinjaman bank BUMN ke China Development Bank (CDB) sebanyak USD3 miliar, Grup Medco mendapat pinjaman senilai USD395.000.000 dari Bank Mandiri atau senilai Rp5,1 triliun.
Terdiri dari PT Medco E&P Tomori senilai USD50.000.000, PT Medco Energy International TBK USD245.000.000 dan PT Medco Energi Internasional USD100.000.000. Santer beredar, dana tersebut digunakan sebagai cadangan untuk mengakuisisi Newmont.
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Eka