Jakarta, Aktual.co — Penyelidikan kasus pembunuhan mantan mata-mata Rusia, Alexander Litvinenko kembali digelar. Investigasi tersebut dilakukan sesuai dengan keputusan Pengadilan Tinggi Inggris yang ditetapkan pada Juli 2014 lalu.
Perjuangan untuk kembali melakukan penyelidikan pembunuhan Litvinenko dilakukan sejak Januari 2014. Setelah pengadilan memutuskan untuk menutup kasus tersebut pada 2013 lalu.
Namun, pada 11 Februari 2014, Pengadilan Tinggi di ‘Negeri Ratu Elizabeth’ memutuskan bahwa penyelidikan harus dilakukan dengan melibatkan saksi.
Dan akhirnya, Juli 2014 pengadilan memutuskan untuk mengabulkan permintaan yang dilakukan oleh istri Latvinenko, Mariana Latvinenko, untuk kembali menyelidiki kasus kematian suaminya pada awal Januari 2015.
Dikatakan kuasa hukum Latvinenko, Ben Emmerson, kasus tersebut harus diusut tuntas karena dianggap sebagai tindakan bangsa Barbar. Sehingga menimbulkan bekas luka yang dirasakan oleh pendukung ditegakkannya Hak Asasi Manusia (HAM).
“Itu adalah tindakan terorisme. Latvinenko telah dihilangkan oleh kelompok penjahat yang dilindungi oleh penguasa,” tegas Emmerson, dilansir dari BBC, Rabu (28/1).
Diketahui, pembunuhan Latvinenko yang terjadi pada 2006 silam, diduga karena dirinya mencoba mengekspos kasus korupsi yang dilakukan oleh Vladimir Putin saat menjabat sebagai Presiden Rusia periode 2000-2008.
Rencana Latvinenko disinyalir telah diketahui oleh Putin. Dan kabarnya, Latvinenko punya bukti kuat untuk membredel kasus korupsi yang dilakukan Presiden yang memiliki masa waktu menjabat paling lama di Rusia.
Mendengar gelagatnya tercium, Latvinenko memutuskan untuk melarikan diri ke Inggris. Di sana dia tercatat menjadi kritikus yang vokal dan sempat bekerja sebagai anggota Intelijen di negara berlambang tiga singa itu.
Mendengar hal itu Putin tidak tinggal diam. Secara halus dia terus mengejar pria berusia 43 tahun. Alhasil, Latvinenko berhasil terbunuh setelah diracuni dengan menggunakan bahan kimia bernama ‘Polonium’.
Sebelum detik-detik kematiannya, Latvinenko bertemu dengan dua anggota mata-mata Rusia yakni Andrei Lugovoi dan Dmitry Kovtun. Bersama dua agen tersebut, Latvinenko sempat berdiskusi sambil minum teh.
Tiga minggu berselang, Latvinenko ditemukan sudah dalam keadaan tidak bernyawa. Lugovoi diduga menjadi orang yang memasukan Polonium ke minuman milik Latvinenko.
Artikel ini ditulis oleh:
















