Semarang, Aktual.com – Penyaluran kredit melalui Bank Perkreditan Rakyat (BPR/S) di Jawa Tengah selama periode Semester I tahun 2016 tercatat naik. Namun Kepala Otoritas Jasa Keuangan Jateng-DIY Panca Hadi Suryanto mengakui kenaikan tercatat pada sektor bukan lapangan usaha.
Naik 38,90 persen, dibanding penyerapan perdagangan besar dan eceran yang berkontribusi capai 33,31persen. Angka kredit konsumtif itu naik 10,96persen year on year 2015 dengan tingkat noan performing loan (NPL) 3,07persen.
“Penyaluran kredit BPR relatif naik, dibandingkan tahun lalu. Tapi konsumtif lebih banyak penyerapannya dibandingkan pertanian, perburuan, dan kehutanan,” ujar dia, saat evaluasi dan sharing BPR/S se-Jateng di hotel Crowne Semarang, Kamis (25/8).
Kredit konsumtif lebih besar disokong dari pemotongan gaji karyawan, PNS maupun pekerja perusahaan tetap yang dilakukan bendahara masing-masing kantor. Terkecuali karyawan/ pegawai yang pindah kerja yang menimbulkan masalah kemacetan.
Dengan begitu, lanjut dia, pemotongan gaji relatif lebih aman, dan efeknya tidak begitu besar pada tingkat kemacetan kredit (NPL).
Sebaliknya, bila penyaluran kredit pada sektor produktif akan berkembang lebih pesat. “Kami memang tidak bisa menghitung angka pastinya. Tapi bisa dihitung dari prosentase kredit dikalikan total nilai penyaluran masing-masing BPR/S,” ujar dia.
Tercatat, penyaluran kredit sektor produktif mencapai 61,10 persen dari modal kerja dan share 56,91 persen dan tumbuh 9,84 persen. Sedangkan investasi dengan share 4,94 % dan tumbuh 21,58 % secara year on year 2015. (M Dasuki)
Artikel ini ditulis oleh: