Jakarta, Aktual.co — Musibah akibat serangan gagal terhadap tersangka pejuang Muslim garis keras, memicu kegentingan politik terburuk bagi Presiden Filipina Benigno Aquino. Sejauh mana peran Amerika Serikat dalam serangan gagal itu memperdalam kontroversi aksi militer tersebut.

Beberapa anggota parlemen Filipina, Minggu (8/3) mempertanyakan apakah tentara Amerika Serikat memainkan peran utama dalam gerakan pada Januari itu, yang berakhir dengan 44 polisi khusus tewas di ladang di bagian selatan negara tersebut.

Mereka menunjuk laporan bahwa pesawat nirawak (drone) Amerika Serikat yang menerbangi daerah tersebut saat itu dan dikabarkan memancarkan  kembali lagi gambar seketika kepada komandan negara adidaya itu saat kegagalan itu terjadi.

Ketua Senat Franklin Drilon, anggota kuat dari Partai Liberal berkuasa, adalah satu dari lima senator, yang mengangkat isu tentang apa yang Amerika Serikat tahu.

“Apakah FBI (Biro Penyelidikan Pusat) tahu sebelumnya tentang gerakan itu?” kata Drilon bertanya kepada kepala satuan polisi khusus Getulio Napenas, yang kehilangan jabatannya akibat peristiwa itu, dalam suatu sidang parlemen di Manila.

“Atau ada tentara Amerika Serikat? Apakah mereka tahu tentang gerakan?” katanya.

Menurut ketentuan penempatan pelatihan antiterorisme, Amerika Serikat tidak diizinkan terlibat dalam pertempuran di Filipina.

Pejabat pemerintah Amerika Serikat kepada AFP menyatakan pasukan Amerika hanya membantu upaya pengungsian korban. Tapi detail operasi gerakan itu direncanakan dan dilaksanakan oleh pejabat Filipina. Sehingga, pejabat ini menolak untuk  menanggapi lebih lanjut.

Menteri Luar Negeri Filipina Albert del Rosario menolak menjawab langsung tentang peran Amerika Serikat. Ia hanya berbicara secara umum tentang bantuan Amerika Serikat kepada Manila dalam menekan militansi.

“Dengan Amerika Serikat, kami memiliki kerjasama sangat erat kontraterorisme,” kata del Rosario kepada AFP melalui pesan tertulis.  Di tempat lain pun, Del Rosario berulang kali mengatakan operasi itu dipimpin pejabat Filipina.

Serangan prafajar oleh pasukan polisi khusus di desa pertanian terpencil yang dikuasai oleh para pemberontak Moro di selatan itu, direncanakan sebagai serangan mendadak untuk menangkap atau membunuh dua orang yang tercantum dalam daftar “teroris” paling dicari oleh pemerintah Amerika Serikat.

Meski ada juga seorang tersangka pejuang yang dilaporkan tewas, namun ratusan pemberontak itu dengan cepat berhasil mengalahkan serbuan polisi khusus itu. Mereka mampu menjebak pasukan besar penyerbu itu di ladang jagung dan membantai 44 polisi khusus tadi dalam pertempuran sengit sepanjang hari.

Artikel ini ditulis oleh: