Fakta Sejarah:

Operasi Trikora gagal total. Ribuan anggota TNI gugur di hutan belantara Papua tanpa pernah berperang dengan musuh (pasukan Belanda).

Hampir ribuan tentara RI mati di hutan belantara Papua karena malaria, kelaparan, kedinginan, dan lain-lain, bukan karena bertempur.

Armada AL RI gagal menembus blokade Papua; dari 25 kapal perang, hanya tiga yang bisa menuju ke Papua Barat dan tenggelam karena digempur oleh Armada Belanda.

25 kapal perang RI yang dibeli dengan pola utang dari Uni Soviet tidak bisa menuju ke Papua karena tidak ada BBM, sehingga mangkrak di Makassar.

Kekalahan telak dalam Operasi Trikora sangat memalukan Soekarno, yang sudah terlanjur berjanji kepada rakyat untuk membebaskan Papua Barat; Soeharto pun “kena getahnya.”

Karakter Soeharto yang low profile dan tidak suka berpolitik selama menjadi perwira TNI membuat posisinya dianggap netral dan tidak berbahaya oleh PKI. Di internal TNI pada saat itu, terdapat faksi pro-Soekarno seperti Jenderal Ahmad Yani, faksi pro-Abdul Haris Nasution (anti-PKI), dan faksi pro-PKI.

Dari film G30S/PKI yang dibuat berdasarkan fakta sejarah, rakyat tahu bahwa sempat timbul pro-kontra di polit biro PKI mengenai Jenderal Ahmad Yani. Keputusan PKI untuk menculik dan membunuh Jenderal A. Yani, yang dianggap Soekarnois, didebatkan oleh anggota polit biro PKI. Akhirnya, secara bulat disepakati bahwa Jenderal A. Yani masuk daftar korban. Dokumen CIA menyebutkan bahwa keputusan PKI untuk menghabisi Jenderal A. Yani diambil karena kekhawatiran bahwa Yani akan menjadi masalah jika Soekarno meninggal dunia. Mayjen Soeharto adalah staf Jenderal A. Yani, sedangkan Pak Harto tidak termasuk pimpinan TNI AD yang diperhitungkan oleh PKI; inilah kesalahan fatal Gestapu PKI.

Laporan CIA jelas menyebutkan adanya kesalahan analisa polit biro PKI dalam menyusun daftar korban. PKI tidak memperhitungkan kemampuan militer Soeharto. Secara politik, memang Mayjen Soeharto sudah “tamat” karena memalukan Soekarno; secara militer, ia hanya menjadi panglima pasukan cadangan. Dari perspektif faksi militer, Soeharto tidak masuk ke dalam faksi mana pun—ia hanya dianggap sebagai bayang-bayang Jenderal A. Yani. Gestapu pun dilancarkan oleh PKI.

Pertanyaan besar tentang faktor keberhasilan Soeharto dalam melakukan serangan balasan terhadap aksi Gestapu yang berujung pada penumpasan PKI terjawab dalam laporan CIA. Saat hampir semua pimpinan TNI AD yang anti-PKI dan pro-Soekarno sudah dibunuh oleh PKI, yang tersisa hanyalah Mayjen Soeharto dan Jenderal Nasution yang terluka.

Mengapa Soeharto bisa memobilisasi TNI dengan begitu cepat dalam jumlah besar?

Sebagian besar pasukan TNI berada di Jakarta dalam rangka HUT TNI pada 5 Oktober 1965.

Soeharto adalah mantan Panglima Trikora, satu-satunya jenderal yang berpengalaman memobilisasi pasukan TNI dalam jumlah besar, sehingga luput dari analisa PKI. Sebagai eks Panglima Operasi Trikora, ia berpengalaman memimpin dan memobilisasi ratusan ribu pasukan dari tiga matra TNI untuk membalas aksi PKI.

“Bagi Soeharto, memerangi pemberontakan PKI tahun 1965 sama seperti berperang melawan pasukan Belanda. Hanya saja, PKI lebih lemah daripada Belanda.” ~ CIA

Laporan CIA tentang G30S/PKI dan operasi penumpasan PKI, yang baru diungkap setelah 30 tahun disimpan sebagai dokumen rahasia, menjawab banyak pertanyaan rakyat. Jika bukan Mayjen Soeharto yang tersisa dan mengambil alih komando pimpinan TNI AD, sejarah Indonesia pasti akan berubah; RI sudah jadi negara komunis. Banyak kemungkinan terjadi, dan semuanya akan lebih buruk jika tidak ada Mayjen Soeharto ketika Gestapu PKI terjadi.

Komunis Rusia, setelah sukses melakukan Revolusi Bolshevik 1917, melakukan pembersihan; puluhan juta rakyat antikomunis dibunuh. Komunis China, selama revolusi kebudayaan, membunuh puluhan juta rakyatnya sendiri. Vietnam, Kamboja, Laos, Kuba, dan lain-lain—komunis membunuh jutaan rakyat mereka sendiri yang anti-komunis. Komunis di seluruh dunia bersaudara; mereka tidak mengenal batas negara dan dipersatukan oleh Doktrin Komintern.

Kembali ke laporan CIA, saya sungguh terharu membaca laporan tersebut karena membuktikan bahwa Soeharto tidak seperti tudingan sekelompok orang. Disebutkan bahwa setelah Soeharto berhasil memegang kendali TNI dan memulihkan pemerintahan, CIA menawarkan banyak bantuan, namun semua ditolak oleh Soeharto. Soeharto hanya mau berunding dengan CIA-AS jika prasyarat yang dimintanya disetujui oleh pemerintah AS; jika tidak, maka tidak ada perundingan.

Apa syarat yang diajukan Mayjen Soeharto kepada CIA-AS? Bukan senjata, bukan pula uang suap, dan juga bukan informasi intelijen, melainkan: Soeharto minta beras.

Pada Oktober 1965, rakyat kelaparan; inflasi mencapai 650% (standar normal <10%), defisit 175% (standar normal <2,5%), bahan pokok langka, dan RI mengalami bencana kelaparan. Terbukti, Soeharto memikirkan nasib rakyat yang terancam mati kelaparan dengan meminta AS mengirim beras ke RI. Rakyat RI pun berutang nyawa pada Soeharto.

CIA awalnya menolak permintaan Soeharto; AS bisa membantu mengirim senjata, dan lain-lain, tetapi tidak bisa mengirim beras, apalagi sebanyak 400.000 ton. CIA kemudian membujuk Soeharto untuk menerima bantuan apa saja selain beras, karena anggaran bantuan beras oleh Presiden AS tidak masuk APBN AS. Proses persetujuannya rumit, namun Soeharto tetap pada pendiriannya, dan akhirnya AS mengirim beras ke RI secepatnya. Baru TNI pun akan berunding dengan AS. CIA tidak punya pilihan selain melaporkan hal tersebut kepada Lyndon B. Johnson.

Gara-gara permintaan aneh Soeharto kepada AS, Presiden Lyndon B. Johnson terpaksa jungkir balik memenuhinya melalui lobi senator dan anggota kongres. Mengapa AS repot-repot memenuhi permintaan Mayjen Soeharto? Karena keberhasilan Soeharto menggagalkan PKI berkuasa telah meringankan beban berat AS. Pada puncak Perang Dingin antara Barat dan Komunis, banyak negara di dunia telah dicengkram oleh Komunis, dan di Asia Tenggara hampir semuanya jatuh ke tangan Komunis.

Keberhasilan TNI AD menggagalkan PKI/Komunis berkuasa tanpa campur tangan AS merupakan anugerah terbesar bagi AS yang sedang frustasi karena Komunis. Kekhawatiran AS bahwa teori domino akan terjadi di Asia Tenggara dipatahkan oleh Soeharto tanpa bantuan AS, yang saat itu sedang trauma karena kekalahan di berbagai medan. AS pun lega karena Asia Tenggara gagal dikuasai komunis, dan Australia lepas dari ancaman “setan komunis”—karena jika RI jatuh, Australia pasti akan jatuh.

Teori domino menyatakan bahwa jika di suatu kawasan sudah ada dua hingga tiga negara yang dikuasai komunis, maka negara-negara tersebut akan saling membantu komunis di negara tetangga, sehingga akhirnya seluruh kawasan akan jatuh ke tangan komunis. Sungguh mengerikan dan tidak bisa dibayangkan.

Artikel ini ditulis oleh:

Tino Oktaviano