Perang Asimetris sebagai Perang menggunakan sarana-sarana non-militer (IPOLEKSOSBUD) terhadap sasaran negara-negara yang mau dijajah, ternyata bukan fenomena abad-21. Semasa kolonialisme klasik atau imperialisme secara langsung masih diterapkan, Inggris dan Perancis sudah menerapkan Pola Perang Asimetris di negara-negara kawasan Timur Tengah. Dua buku menarik ihwal Orientalisme atau Studi Ketimuran seperti Ru’yah Islamiyyah Lil Istisyraq, ditulis oleh Dr. Ahmad Abdul Hamid Ghurab, diterjemahin oleh A. M. Basalamah. dan Edward Said dalam bukunya bertajuk Orientalisme, sangat lengkap mengungkapm soal ini.
Belajar dari kasus kolonialisasi di Timur Tengah pada abad ke-19 (ketika Inggris memutuskan bergabung dengan Prancis menjajah negara-negara Arab), ada beberapa hal yang bisa kita catat. Apa saja?
1. Orientalisme diarahkan untuk melakukan penjajahan.
2. Prancis dan Inggris saling berbagi tugas: (a) mengumpulkan informasi, (b) menerjemahkan maklumat-maklumat, (c) mengumpulkan data, (d) melakukan tafsiran sejarah, kebudayaan, dan hal-hal yang terkait dengan tradisi.
3. Prancis dan Inggris saling bertukar pikiran untuk membuat rekayasa penaklukan terhadap umat Islam.
4. Hasil penjajahan dibagi dua, tak saja dalam bentuk wilayah, hukum, dan kekuasaan, tetapi juga pembagian ilmu-ilmu dan kitab-kitab langka (kemudian diangkut ke Paris dan London).
Diolah oleh Hendrajit, Redaktur Senior Aktual.