Jakarta, Aktual.com – Meski Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga acuan 50 bps ke level 5,25 persen, namun pergerakan laju Rupiah hanya menguat tipis sehingga membuat pergerakan pasar obligasi tidak banyak mengalami kenaikan.
“Belum hilangnya kekhawatiran pasar terhadap perang dagang AS dan Tiongkok, terutama jelang diberlakukannya tarif dagang pada pekan depan, membuat pergerakan imbal hasil obligasi AS cenderung variatif dengan sesekali kenaikan,” ujar Analis Binaartha Reza Priyambada dalam riset yang diterima di Jakarta, Senin (2/7).
Adapun untuk pergerakan masing-masing tenor ialah untuk tenor pendek (1-4 tahun) imbal hasilnya rata-rata naik 7,15 bps; tenor menengah (5-7 tahun) turun 1,17 bps; dan panjang (8-30 tahun) turun 3,68 bps.
Selain itu, laju pasar obligasi cenderung bergerak naik seiring mulai adanya aksi beli. Pada FR0063 yang memiliki waktu jatuh tempo ±5 tahun dengan harga 93,20% memiliki imbal hasil 7,30% atau turun 0,31 bps dari sebelumnya di harga 91,99% memiliki imbal hasil 7,62%. Untuk FR0075 yang memiliki waktu jatuh tempo ±20 tahun dengan harga 94,13% memiliki imbal hasil 8,09% atau turun 0,14 bps dari sehari sebelumnya di harga 92,83% memiliki imbal hasil 8,23%.
Pada Jumat (29/6), rata-rata harga obligasi Pemerintah yang tercermin pada INDOBeX Government Clean Price naik 0,59 bps di level 109,72 dari sebelumnya di level 109,08. Sementara itu, rata-rata harga obligasi korporasi yang tercermin pada INDOBeX Corporate Clean Price turun 0,09 bps di level 104,91 dari sebelumnya di level 105,001. Sementara itu, pergerakan imbal hasil SUN 10Yr berada di level 7,78% dari sebelumnya di level 7,86% dan US Govn’t bond 10Yr di level 2,87% dari sebelumnya di level 2,85% sehingga spread di level kisaran 491,3 bps lebih tinggi dari sebelumnya 501,3 bps.
Sementara pada laju imbal hasil obligasi korporasi, pergerakannya cenderung variatif. Pada obligasi korporasi dengan rating AAA dimana imbal hasil untuk tenor 9-10 bergerak naik di kisaran level 9,88%-9,90%. Pada rating AA dengan tenor 9-10 tahun di kisaran 10,30%-10,35%. Pada rating A dengan tenor 9-10 tahun di kisaran 11,45%-11,55%, dan pada rating BBB di kisaran 14,02%-14,05%.
“Mulai adanya kenaikan, meski tipis, diharapkan dapat membuka peluang kenaikan lanjutan yang dibarengi dengan meningkatnya volume beli,” terangnya.
Di sisi lain, diharapkan sentimen kondisi makro internal dapat lebih baik untuk mendukung kenaikan lebih lanjut, terutama pada Rupiah yang diharapkan dapat kembali terapresiasi.
“Tetap cermati dan waspadai jika masih adanya berbagai sentimen yang dapat membuat laju pasar obligasi kembali melemah,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka