Jakarta, Aktual.com – Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok/China sebagai dua negara ekonomi terbesar dunia memulai perang dagang besar-besaran. AS memberlakukan tarif USD34 miliar untuk barang-barang yang diimpor dari Tiongkok. AS melakukan langkah tersebut sebagai hukuman buat Tiongkok/China karena membuat barang produksi AS menjadi lebih mahal. Barang-barang seperti televisi layar datar, suku cadang pesawat, hingga peralatan medis akan menghadapi pajak perbatasan sebesar 25 persen.
Tiongkok/China pun menanggapi dengan menerapkan tarif 25 persen pada barang-barang AS senilai USD34 miliar termasuk kedelai, mobil dan lobster. Tiongkok sengaja menargetkan ekspor pertanian karena berasal dari negara-negara di jantung negara AS. Presiden AS maupun partainya tidak ingin melihat adanya ketidakstabilan ekonomi ataupun kehilangan pekerjaan sebelum pemilihan paruh waktu 2018.
Pemerintah AS mengaku akan memberikan subsidi senilai USD12 miliar atau sekitar Rp170 triliun untuk meringankan dampak perang dagang dengan China dan Uni Eropa. Bantuan ini merupakan kebijakan sementara untuk meringankan beban para petani, saat Amerika Serikat dan China menegosiasikan masalah perdagangan.
“Tentu saja ini adalah solusi sementara yang akan digantikan dengan kebijakan perdagangan jangka panjang oleh Presiden Trump,” kata Menteri Pertanian Amerika Serikat, Sonny Perdue.
Saat berpidato di Kansas City, Missouri, Presiden Trump kembali secara agresif membela diri atas kebijakan perdagangan internasional yang dia putuskan.
“Kami harus melakukannya,” kata Trump sambil mengecam China dan Uni Eropa.
Trump akan mengunjungi Iowa dan Illinois — dua wilayah pertanian — pada pekan ini untuk membantu kandidat anggota parlemen dari Partai Republik yang akan bersaing merebut suara pada pemilu November mendatang. Kebijakan subsidi akan membuat para politikus Partai Republik kebingungan karena partai tersebut biasanya menolak program-program bantuan besar dari pemerintah yang dianggap merugikan keuangan negara. Beberapa kandidat bahkan langsung menolak usulan Trump.
“Tarif adalah bentuk lain dari pajak yang merugikan konsumen dan produsen Amerika,” kata Senator Partai Republik dari Kentucky, Ran Paul, di akun Twitternya.
“Jika tarif merugikan petani, maka jawabannya bukan subsidi, melainkan penghapusan tarif,” kata dia.
Sementara itu Jackie Speier, anggota Dewan Representatif Partai Republik dari Kalifornia, yang merupakan negara bagian dengan produk pertanian besar, juga menyampaikan hal sama.
“Baiklah presiden, Anda sendiri yang menciptakan kekacauan ini dengan perang dagang, sekarang Anda akan menghabiskan uang negara sebesar USD12 miliar untuk meredam kemarahan para petani yang memilih Anda,” kata dia.
Para petani Amerika Serikat saat ini memang menjadi sasaran perang dagang dari negara-negara yang ingin membalas penerapan tarif impor atas produk-produk aluminium dan baja dari China, Uni Eropa, Kanada, dan Meksiko. Negara-negara itu pada akhirnya juga menerapkan tarif pada hasil pertanian Amerika Serikat seperti kedelai, keju, daging, dan minuman. Kelompok advokasi industri pertanian, Farmers for Free Trade, mengecam kebijakan pemerintahan Trump.
“Cara terbaik adalah mengakhiri perang dagang. Petani butuh kontrak, bukan kompensasi sehingga mereka bisa merencanakan masa depan. Usulan ini hanyalah upaya jangka pendek yang menutupi kerusakan jangka panjang akibat tarif,” kata direktur pelaksana organisasi itu, Brian Kehl.
Selanjutnya: Laba Harley-Davidson AS Turun 6,4 Persen
Artikel ini ditulis oleh:
Eka