LPS: Yield Indonesia Tertinggi di Asia
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memperkirakan perang dagang AS-Tiongkok-Uni Eropa akan berimbas pada peningkatan persepsi risiko investasi yang dapat capital outflow. Nainya indeks dollar AS mendorong naiknya yield obligasi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Yield obligasi pemerintah Indonesia bahkan mengalami kenaikan tertinggi di antara negara-negara Asia lain, yaitu mencapai 78 bps ke level 7,80 persen.

“Berlanjutnya depresiasi rupiah menjadi faktor yang mendorong kenaikan yield obligasi pemerintah Indonesia, seiring meningkatnya persepsi risiko investasi,” tulis LPS dalam siaran persnya.

Menurutnya, ancaman perang dagang dari AS ke Indonesia, diperkirakan menjadi faktor pendorong kenaikan yield obligasi pemerintah Indonesia di sepanjang Juli 2018. Selama Juni 2018, indikator-indikator sentimen pasar global seperti indeks Chicago Board Options Exchange (CBOE) Volatility Index atau indeks VIX naik ke level 16,09, dan J.P. Morgan Emerging Bond Index atau indeks EMBI berada di posisi 388,06.

Namun, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Halim Alamsyah menilai perang dagang AS-Tiongkok belum berdampak buruk terhadap likuiditas di sektor keuangan domestik. Dampak perang dagang hanya terkait persepsi investor saja terhadap ekonomi nasional.

“Mungkin secara langsung tidak ke likuiditas, tapi lebih ke arah persepsi keseimbangan baru dunia. Keseimbangan baru akan mencari bentuk dimana terjadinya itu karena AS mengubah kebijakan ekonominya dan mengubah juga strategi dalam berhadapan dengan negara lain,” kata Halim dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Rabu (18/7).

Selanjutnya, Pertumbuhan Ekonomi Terpangkas

Artikel ini ditulis oleh:

Eka