Jakarta, aktual.com – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, perang dagang antara Amerika Serikat dengan China terhadap perekonomian dunia akan berdampak panjang.
Menurut dia, Indonesia perlu mewaspadai hal tersebut agar tak mengganggu perekonomian nasional. “Yang perlu kita waspadai adalah sinyal bahwa situasi ini tidak akan reda dalam jangka pendek, karena pola konfrontasi sangat head to head. Dan artinya ketegangan ini akan mewarnai cukup panjang. Dari sisi China dampak ekonomi mereka slowdown sudah terlihat di index IPM,” ujar Menkeu, dikutip dari Kompas.com di Jakarta, Kamis (16/5).
Dia menyebutkan, dengan pemerintah AS yang mengancam akan menaikan tarif impor barang dari China sebesar 25 persen, akan berdampak pada pertumbuhan negara Tirai Bambu itu.
“Untuk bisa menjaga pertumbuhan di atas 6 (persen) mereka akan melakukan stimulasi lagi. Dan kalau stimulasi dilakukan mungkin pengaruhnya ke sektor keuangan. Jadi ini situasi yang sangat menekan kalau untuk kondisi di masing-masing negara,” kata Sri Mulyani.
Sementara itu, bagi AS, hal ini akan berdampak pada inflasi yang menyebabkan daya beli masyarakat akan turun. “Kenaikan harga memunculkan inflasi, maka pengaruhnya dua, yaitu either suku bunga meningkat atau kalau inflasi menyebabkan daya beli turun, growth turun. Dua-duanya tidak bagus untuk dunia,” ucapnya.
Menkeu mengatakan, dengan adanya situasi ini membuat Indonesia tak bisa hanya mengandalkan ekspor untuk meningkatkan perekonomian nasional. “Tapi positif ya ada banyak barang yang tadinya kita impor untuk menopang industri kita, jadi available. Tapi ini berarti akan mempengaruhi industrialisasi yang kita canangkan. Artinya ekonomi sedang dalam tekanan global yang sangat serius melalui ketidakpastian itu,” ujar Sri Mulyani.
Artikel ini ditulis oleh:
Zaenal Arifin