Jakarta, Aktual.co — Kanker merupakan salah satu penyakit yang mempunyai tingkat risiko kematian tinggi. Berbagai upaya dilakukan untuk lepas dari jeratan penyakit ini. Tidaklah murah untuk merawat dan menyembuhkan kondisi tubuh yang sakit parah.
Salah satu kanker paling banyak merenggut nyawa adalah kanker payudara. Beberapa data menunjukkan kanker yang sering menyerang pada wanita ini telah memiliki tingkat kematian tinggi karena kurangnya pengetahuan pada masyarakat untuk mendeteksi dini, sehingga sering terlambat penanganannya.
Pakar kanker payudara, Dr Ronald A Hukom mengatakan tingkat risiko kematian akibat kanker payudara di Indonesia setiap tahun mencapai sekitar 50 persen.
“Di Indonesia diperkirakan sekitar 49 ribu kasus baru penderita kanker payudara muncul dan hampir 20 ribu pasiennya meninggal dunia,” ungkap Ronald yang menjadi Konsultan Hematologi dan Onkologi Medik RS Kanker Dharmis.
Sebanyak 70 persen pasien kanker payudara baru datang ke rumah sakit pada tahap abc (advanced Breast Cancer). Data RS Dharmais menunjukkan hanya 20-30 persen pasien kanker payudara datang pada stadium dini yaitu stadium I dan II. Padahal, tahap lanjut ini merupakan tahap yang memiliki risiko kematian tertinggi. Selain itu, pasien aBC menghadapi penurunan kualitas hidup yang signifikan.
Angka tersebut didapat dari kutipan data RS Kanker Dharmis pada tahun 2012 dan diperkirakan sudah melebihi yang tercatat pada tahun ini.
Menurutnya, hal ini terjadi karena terlambatnya penanganan yang bagus pada pasien penderita kanker payudara.
Rata-rata pasien baru memeriksakan kondisinya ketika sudah pada stadium satu dan dua, keadaan tersebut bahkan sering terlambat. “Pada tahap lanjutan ini merupakan keadaan yang memiliki resiko kematian yang paling tinggi,” ujar dokter spesialis penyakit dalam ini.
Gejala pada tahap stadium lanjut yang mudah dikenali adalah adanya benjolan payudara yang menimbulkan luka, bernanah atau nyeri hingga sesak.
Kanker payudara tercatat sebagai kanker peringkat pertama yang diderita wanita baik di negara maju maupun negara berkembang. Di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, kanker payudara didiagnosis pada tahap sangat terlambat yaitu stadium III.
Gejala stadium lanjut yang mudah dikenali pasien adalah bila benjolan payudara yang membesar menimbulkan luka, bernanah atau adanya keluhan terkait metastasis (penyebaran jauh) misalnya di paru (batuk, sesak), hati (lemas, badan menjadi kuning) kemudian tulang (nyeri).
Dr. Ronald juga mengingatkan pentingnya pasien untuk segera pergi ke rumah sakit. “Pasien kanker payudara stadium lanjut perlu segera meminta pendapat dokter multidisiplin (oncologist dan internist, ahli bedah, ahli radiasi) mengenai kombinasi cara pengobatan yang paling tepat seperti terapi sistemik ,kemoterapi, operasi, radiasi, dan sebagainya, beserta urutan cara pengobatan yang optimal,” ujar dr. Ronald.
Pasien pada stadium IV umumnya tidak lagi membutuhkan tindakan operasi seperti pada stadium I atau II.
Selain penatalaksanaan kanker payudara yang tepat, dibutuhkan juga terapi paliatif pada pasien agar termotivasi selama menjalani perawatan. Motivasi, kesabaran dan perhatian dari pasangan dan keluarga merupakan hal mendasar yang penting untuk meningkatkan kepercayaan diri dan semangat pasien.
“Dengan penanganan tim dokter multidisiplin yang baik, sekitar 60-70 persen stadium III dan 15-20 persen stadium IV bisa tetap hidup setelah 5 tahun (5-year survival rate). Selain itu, asuhan paliatif dan akses terhadap informasi yang tepat dapat membantu pasien kanker payudara stadium lanjut untuk meraih hidup yang lebih berkualitas,” jelas dr. Ronald.

Artikel ini ditulis oleh: