Jakarta, Aktual.com — Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin sudah tiba di Jakarta usai melakukan kunjungan kerja selama enam hari di Arab Saudi. Bersama Menteri Kesehatan Nila Djuwita F. Moeloek dan tim Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, kunjungan Menag kali ini untuk membahas persiapan penyelenggaraan ibadah Haji 1437 H/2016 M, termasuk menandatangani MoU dengan Menteri Urusan Haji Saudi, Bandar Muhammad Hajjar.
Menurut ia, setiap tahun, menjelang pelaksanaan ibadah Haji, berbagai negara pengirim jemaah haji, termasuk Indonesia, melakukan penandatanganan MoU dengan Pemerintah Saudi. Kesempatan bertemu Menteri Urusan Haji Saudi dimanfaatkan Menag untuk menyampaikan beberapa usulan peningkatan kualitas layanan Haji.
“Usulan itu tidak hanya semata peningkatan layanan jamaah haji Indonesia, lebih utama Pemerintah Indonesia mengajukan usulan agar kenyamanan jamaah Haji dunia bisa didapat,” terang Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, kepada wartawan, Rabu (16/03)
Ada pun beberapa yang diusulkan mengenai perbaikan yang disampaikan oleh Menag Lukman kepada Menteri Urusan Haji Kerajaan Saudi di antaranya. Pertama, perbaikan kualitas tenda di Arafah agar dibuat permanen dan lebih kokoh. Pengalaman tahun 2015, beberapa tenda jemaah Indonesia roboh karena hembusan angin kencang.
“Setidaknya tenda di Arafah agar dibuat seperti tenda di Mina,” tutur Menag.
Kedua, pembangkit listrik permanen yang bisa memenuhi seluruh kebutuhan listrik selama jemaah di Arafah. Jemaah Haji dunia pada setiap penyelenggaraan ibadah haji berkisar dua juta orang. Dan, itu tentu membutuhkan konsumsi listrik yang sangat besar.
“Diperlukan pembangkit listrik yang relatif permanen di Arafah,” tegas Menag.
Ketiga, tenda Mina dibuat bertingkat. Mina adalah wilayah yang jelas batas-batasnya. Luas wilayah ini sekitar 7,8 km persegi. Namun yang bisa didiami hanya 4,8 km persegi karena selebihnya adalah pegunungan batu. Sementara itu, ketika menginap di Mina, seluruh jemaah Haji diharuskan berada dalam kawasan tersebut. Padahal, total jemaah Haji setiap tahunnya berkisar dua juta orang, sangat padat.
“Tenda jemaah di Mina perlu dibuat bertingkat seperti Jamarat (tempat lontar jumrah), sehingga tidak ada jamaah yang ditempatkan di luar Mina,” kata Menag.
Keempat, penyediaan fasilitas pos kesehatan emergency pada rute jemaah dari tenda di Mina menuju Jamarat. Keberadaan pos kesehatan diperlukan untuk mengantisipasi jemaah yang butuh pertolongan kesehatan saat dalam perjalanan dari Mina ke Jamarat atau sebaliknya.
“Tahun lalu kita melihat kondisi seperti itu tidak bisa dilayani dengan baik karena keterbatasan sarana kesehatan bagi jamaah haji,” ujar ia menutup pembicaraan.
Artikel ini ditulis oleh: