Jakarta, Aktual.com — Pemerintah selama ini selalu menyindir Bank Indonesia (BI) dan dunia perbankan karena masih mematok suku bunga tinggi. Sebab dengan adanya suku bunga tinggi, disebut pemerintah telah membuat perekonomian kurang bertumbuh.
Namun, pernyataan pemerintah itu dianggap ambigu oleh Ketua Umum Persatuan Bank-bank Nasional (Perbanas), Sigit Pramono.
Menurut dia, satu sisi pemerintah memang menuntut industri perbankan untuk menurunkan suku bunganya, seiring BI Rate diturunkan. Namun di sisi lain, pemerintah justru ketika menyimpan dananya di perbankan minta bunga tinggi.
“Mereka minta kami menurunkan suku bunganya. Tapi sekarang justru pemerintah kalau menempatkan dana APBN-nya mintanya bunga khusus,” kritik Sigit di Jakarta, Kamis (18/2).
BI sendiri memang di dua bulan pertama ini telah dua kali menurunkan BI Rate. Hari ini, BI melonggarkan BI Rate jadi 7 persen dan Giro Wajib Minimum (GWM) primer menjadi 6,5 persen. Dengan kondisi itu memang mestinya berdampak pada penurunan suku bunga kredit.
Menurut Sigit, dana APBN itu selama ini ditempatkan di bank-bank. Namun efeknya, mengakibatkan perang suku bunga simpanan antar bank. “Karena bankir mana yang tidak mau dana triliuan rupiah, pasti mereka mau menampung. Tapi masalahnya, bank jadi saling bersaing untuk menarik dana ke banknya,” kata dia.
Praktik seperti itu, kata dia, terjadi di bank-bank BUMN. Untuk itu, ia berharap praktik seperti itu harus diakhiri dengan dimulai dari pemerintah pusat.
“Sudah tak zamannya lagi pemerintah menjadi pemburu rente seperti itu,” kritik dia.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengakui adanya aksi penyimpanam dana APBN di bank pemerintah meminta suku bunga tinggi.
Menurut Bambang, pihaknya tidak mungkin mendapat suku bunga rendah ketika menyimpan dana APBN. Karena terbentur UU Keuangan Negara. Jika begitu, bisa jadi dianggap ada potensi kerugian negara.
“Kalau bunganya diturunkan bisa jadi temuan dari BPK. Karena dianggap merugikan negera. Sehingga harus ada pendekatan dengan aparat pemeriksa juga,” tegas dia.
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby