Jakarta, Aktual.com — Anggota Komisi XI DPR dari Fraksi PDIP, Hendrawan Supratikno menuding perbankan nasional yang selalu mengincar net interest margin (NIM) atau selisih bunga bersih tinggi dituding justru telah menciptakan kemiskinan.

“Banyak keuntungan perbankan berasal dari biaya administrasi yang diambil dari nasabah sangat besar. Sementara ketika mereka meminjam ke bank malah dikenai suku bunga tinggi,” tandas Hendrawan saat raker dengan tiga bank BUMN terkait isu pinjaman dari China di Gedung DPR, Senin (14/3).

Menurut Hendrawan dengan kondisi demikian, bank sendiri yang sudah memfasilitasi proses pemiskinan ini.

“Sehingga sistem perbankan menjadi disfungsional dan bersifat trickle up economy alias ekonomi yang menghisap ke atas,” tegas dia.

Ia kembali melanjutkan, untuk menguji hal itu ada dua indikator yang digunakan. Pertama, dilihat dari perbandingan tingkat suku bunga dengan pertumbuhan ekonomi. Sayangnya, saat ini tingkat suku bunga ini masih double digit sementara pertumbuhan ekonomi malah di bawah 5 persen.

Kedua, dilihat dari perbandingan NIM dengan pendapatan suku bunga yang real. “Ternyata NIM-nya itu lebih besar berarti itu raportnya merah. Bahkan BRI saja NIM-nya 8 persen lebih,” tegas dia.

Menurut fenomena bank BUMN justru terjadinya penurunan keuntungan tapi malah angka NIM-nya itu meningkat. “Itu bukti inefisiensi yang luar biasa di perbankan nasional, terutama dari bank BUMN,” tandasnya.

Dengan kondisi saat itu, lanjut Hendrawan justru perbankan nasional telah melanggengkan kemiskinan.

“Ini kondisi yang sangat mengkhawatirkan,” sebut dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka