“Karena tahun lalu, dengan perlambatan ekonomi membuat konsolidasi ekonomi juga masih lamban, dan ini berdampak pada kinerja ekspor-impor Indonesia yang menurun,” jelasnya.

Keadaan tahun lalu itu, diperparah dengan masih melemahnya harga komoditas. Tak hanya itu, keadaan juga semakin berat dengan adanya ketidakpastian pada kebijakan dari negara-negara maju.

“Harga komoditas masih melambat hingga kuartal ketiga 2016. Ada kenaikan the Fed dan dipersulit dengan referendum, ini memicu ketidakpastian. Lalu ada pemilihan Presiden AS di luar perkirakan. Ada kebijakan fiskal ekspansif, perdagangan dan imigrasi yang ketat. Pada akhirnya ini jadi tantangan (di 2016),” papar dia.

Bahkan pelemahan perekonomian itu, kata dia, diderita juga oleh banyak korporasi. Salah satu faktanya terjadi penurunan penyaluran kredit.

“Termasuk di dalamnya, justru risiko kredit (macet) juga mengalami peningkatan yang berdampak pada permintaan kredit yang turun,” pungkas Agus.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Eka