Warga mengais barang diantara reruntuhan di villa Tamaro yang porak poranda diterjang tsunami di Pantai Carita, Pandeglang, Banten, Minggu (23/12/2018). BPBD setempat mencatat sedikitnya 49 orang tewas dan ratusan rumah hancur diterjangan tsunami di sepanjang pesisir Banten mulai Pantai Anyer, Carita, Panimbang hingga Tanjung Lesung. ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/hp.

Jakarta, Aktual.com – Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Ari F Syam, meminta agar pengungsi tsunami Selat Sunda, khususnya anak-anak dan lansia diberikan suplemen yang berisi multivitamin dan mineral.

“Hal ini karena keterbatasan makanan dan minuman dengan zat gizi yang lengkap yang bisa dikonsumsi sehari-hari, sehingga anak-anak dan orang tua perlu mendapatkan suplemen tambahan,” ujar Ari di Jakarta, Selasa (25/12).

Dia juga meminta agar para pengungsi harus mendapat makanan dan minuman yang cukup selama berada di pengungsian.

Hal itu juga membuat mereka tenang karena kebutuhan hidup dasarnya dipenuhi. Pengadaan sembako pada lokasi pengungsian dengan jumlah besar harus dikawal oleh Polisi.

“Dapur-dapur umum yang tersedia selalu mendapat bahan makanan dan air bersih yang memadai untuk masak dan minum. Selain itu, usahakan makanan yang dikonsumsi dalam keadaan segar,” jelas dia lagi.

Ari juga meminta agar kondisi tempat pengungsian di buat senyaman mungkin. Adanya alas tidur yang memadai dan juga selimut agar tubuh para pengungsi terutama orang tua dan anak-anak tetap terlindungi terutama dari angin malam.

“Kebersihan lingkungan pengungsian selalu terjaga dengan tersedianya tempat-tempat sampah di sekitar lokasi pengungsian. Termasuk bangkai binatang harus dikubur untuk menjaga lingkungan pengungsian tetap sehat,” tutur dia.

Sarana mandi cuci kakus (MCK) yang memadai dengan persediaan air yang cukup tentu juga tersedianya sabun dan peralatan mandi.

Bagi anak-anak perlu upaya untuk melakukan trauma healing dengan pengadaan buku-buku bacaan, mainan anak-anak dan kelompok-kelompok bermain untuk anak-anak.

“Untuk pasien usia lanjut perlu adanya kegiatan seperti alat sulam, melakukan aktifitas pengajian bersama-sama dan lainnya yang membuat para orang usia lanjut ini tetap selalu berpikir,” imbuh dia.

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Teuku Wildan