Jakarta, Aktual.com — Ketua Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) Bustanul Arifin mengatakan harga beras di Indonesia tergolong termahal di dunia meski telah diimbangi dengan peningkatan subsidi pupuk dan subsidi benih.

“Ini yang membuat negara-negara produsen beras ramai-ramai ingin memasukkan beras ke Indonesia,” kata Bustanul di Yogyakarta, Selasa (23/2).

Ia mengatakan rata-rata harga beras premium di Indonesia saat ini mencapai Rp12.000 per kilogram (kg) dan beras medium mencapai minimal Rp10.000 per kg. Sementara harga beras di negara-negara produsen beras lainnya seperti Thailand, Vietnam, dan India masih berkisar 350-400 dolar AS per ton yang jika dikirim ke Indonesia ditambah ongkos kirim dan ongkos angkut masih berkisar Rp6.000 hingga Rp7.000 per kg.

“Mana bisa kita bersaing dengan menolak impor. Mereka yang lebih murah akan mengalir ke tempat yang lebih mahal. Pasar kita menarik bagi mereka,” kata Bustanul yang juga guru besar ekonomi pertanian Universitas Lampung itu.

Bustanul menduga masih tingginya harga beras di Indonesia, selain disebabkan terjadinya ekonomi biaya tinggi juga kemungkinan dipicu adanya kebocoran subsidi pupuk maupun benih.

Subsidi pupuk yang dicanangkan pemerintah pada 2015, menurut dia, telah dianggarkan mencapai Rp39,5 triliun, namun kenyataannya di lapangan harga pupuk bersubsidi masih mahal berkisar Rp2.200 per kg, padahal seharusnya bisa mencapai Rp1.950 per kg.

“Untuk benih juga disubsidi di atas Rp1 triliun, ternyata mencari benih sampai sekarang masih susah,” kata dia.

Oleh sebab itu, Bustanul berharap agar pemerintah dapat mengevaluasi kembali upaya peningkatan produktivitas beras sehingga Indonesia dengan jumlah penduduk mencapai 250 juta jiwa tidak hanya menjadi pasar menarik bagi negara-negara produsen beras lainnya.

“Saya tidak rela Indonesia yang sebesar ini cuma dijadikan pasar. Kita harus mampu memproduksi untuk memenuhi kebutuhan sendiri kalau bisa kita ekspor,” kata dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Eka