Jakarta, aktual.com – Ratusan tokoh nasional dan aktivis lintas angkatan berkumpul di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Senin (15/1/2024) untuk memperingati peristiwa Malapetaka Lima Belas Januari 1974 dan 24 tahun INDEMO (Indonesian Democracy Monitor).
Pentolan aktivis MALARI, Hariman Siregar mengajak peserta agar sama-sama merasa punya kewajiban moral untuk memperkuat demokrasi, serta berkomitmen menyuarakan demokrasi di Indonesia.
“Jadi kita pilih Menolak Lupa Pertahanan Demokrasi karena sesungguhnya kita sudah dicurangi jauh sebelum wasit meniupkan peluit pertandingan bagaimana tidak?” kata Hariman.
“Sudah wasitnya ditunjuk dari orang-orang mereka, sudah itu para penontonnya sudah dikondisikan memihak mereka melalui gaya hidup dan pendidikan” sambungnya.
Dalam peringatan peristiwa MALARI, para tokoh nasional dan aktivis mengangkat tema besar, “Last Battle for Democracy, Lawan Politik Dinasti.”
tampak hadir aktivis Pro Demokrasi Syahganda Nainggolan, Bursah Zarnubi, aktivis 1998 Ubedilah Badrun, dan ratusan aktivis lintas generasi yang lainnya.
Selain para aktivis, hadir pula para tokoh bangsa seperti mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo, pengamat militer Connie Rahakundini, ekonom INDEF Faisal Basri.
Kemudian, tampak hadir pula mantan Politikus Nasdem Akbar Faizal, Pendiri Lembaga Survei PolMark Eep Saefulloh Fatah, Ketua Umum Partai Masyumi Reborn Ahmad Yani, Ketua Umum KSPSI Jumhur Hidayat dan yang lainnya.
Diketahui, hari ini tepat 50 tahun terjadi peristiwa Malari atau Malapetaka 15 Januari 1974 terjadi. Kala itu terjadi demonstrasi besar-besaran menolak investasi asing di Indonesia. Sementara itu, perkembangan dari waktu ke waktu menunjukkan investasi asing saat ini terus digenjot di Indonesia.
Artikel ini ditulis oleh:
Jalil