Massa menggelar aksi unjuk rasa memperingati Hari Buruh Internasional atau May Day 2018 di Jakarta, Selasa (1/5). Dalam aksinya mereka menuntut pemerintah untuk menurunkan harga beras, listrik, BBM, membangun ketahanan pangan dan ketahanan energi, menolak upah murah, mencabut Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan, dan merealisasikan 84 item Kebutuhan Hidup Layak (KHL) serta menolak tenaga kerja asing.  AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day 2018 di Indonesia berlangsung ramai dan damai meski disinyalir disusupi kegiatan politik berupa deklarasi dukungan terhadap salah satu politisi nasional.

Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) mengklaim aksi damai buruh yang dilakukan organisasinya pada peringatan Hari Buruh Internasional (May Day), Selasa pagi, dilakukan di 25 provinsi dan 200 kabupaten dan kota.

Presiden KSPI Said Iqbal dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa, memperkirakan aksi damai hari buruh akan diikuti sekitar satu juta buruh di 25 provinsi dan 200 kabupaten dan kota di seluruh Indonesia.

Aksi May Day secara serempak dilakukan di seluruh Indonesia seperti Surabaya dengan 50 ribu buruh se-Jatim di depan kantor Gubernur Jatim, 15 ribu buruh se-Jateng di depan kantor Gubernur Jatim, 15 ribu buruh se-Kepri di depan kantor Wali Kota Batam, 2.000 buruh di aceh, 10 ribu buruh di Sumut, serta ribuan buruh di Jawa barat. Ada pun di Jakarta, massa dipusatkan di kawasan Istana Merdeka.

Tuntutan pada aksi Mayday 2018 adalah tiga tuntutan buruh dan rakyat, yaitu “turunkan harga beras, listrik, dan BBM, “tolak upah murah”, serta “tolak tenaga kerja asing buruh kasar dari China”. Sedangkan tuntutan lainnya adalah “hapus outsourcing” dan “pilih Presiden RI 2019 yang pro buruh”.

Sejak Selasa pagi sekitar pukul 07.30 WIB, massa buruh sudah mulai berdatangan memadati kawasan Patung Kuda Indonesat, dekat Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid