Medan, Aktual.com — Peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia dari tangan penjajah jatuh pada tanggal 17 Agustus setiap tahunnya. Dan di tahun 2015 ini, kemerdekaan Indonesia telah berumur 70 tahun.
Sejumlah warga kota Medan memberi komentar dan harapan beragam terkait peringatan kemerdekaan itu.
Sofian (44) seorang pedagang kopi di jalan Kartini, Medan, berharap kemerdekaan tidak hanya sekedar peringatan simbolik. Namun, menyentuh persoalan-persoalan yang dirasakan rakyat, misalnya soal kebutuhan pokok.
“Kalau kita pedagang ini, merdeka itu sederhana. Misalnya, kalau harga kebutuhan pokok terjangkau, itu sudah merasa merdeka kita. Lalu, bisa berdagang dengan aman dan nyaman, karena itu pencarian kita,” ucap Adek.
Firdaus (26), mahasiswa perguruan tinggi swasta di Medan mengatakan, kemerdekaan yang diraih selama ini harus menjadi refleksi panjang. Firdaus menekankan soal penegakan hukum yang masih jauh panggang dari api.
“70 tahun merdeka itu bukan usia muda, sudah mau menginjak seabad. Namun, persoalan-persoalan hukum di Indonesia belum juga mengindikasikan keadilan, apalagi terhadap rakyat kecil,” tukas Firdaus.
Menurutnya, semakin tahun Indonesia bukan semakin membaik. Sebaliknya, semakin banyak didera kasus-kasus korupsi.
“Yang kepala daerah tersangka, legislatifnya begitu, bahkan penegak hukumnya. Peringatan kemerdekaan kali ini harus menjadi refleksi panjang,” katanya.
Komentar lainnya dikatakan Saut Sagala (31), warga Kelurahan Teladan Timur, Kecamatan Medan Kota. Menurutnya, Pemerintah saat ini dituntut bersikap lebih tegas dan kuat. Apalagi soal perekonomian yang tak menentu.
“Masyarakat terus diberikan janji-janji saja. Angin surga, tapi kenyataannya terbalik. Kalau rakyat kecil, ya mau gimana? Hanya pasrah saja, melawan nanti, toh kita jadi korban. Belum lagi soal politik, rakyat hanya disajikan soal perdebatan-perdebatan yang kadang tak menyentuh persoalan rakyat,” kata Saut.
Saut mengingatkan pemerintah agar jangan menjadi alat yang merusak masyarakatnya. Apalagi, dirinya merasa Indonesia saat ini seperti terpecah belah.
“Menurutku, Indonesia hanya diucapan saja bersatu, tapi perpecahan itu ada, walau tak terlihat kasat mata. Semua karena apa? Karena politik, karena kepentingan, karena uang dan kekayaan, pejabat sekarang mana ada yang peduli, hanya kejar kekuasaan saja,” tandasnya.
Artikel ini ditulis oleh: