Jakarta, Aktual.com — Peringatan hari Kemerdekaan masih sebatas umbul-umbul. Sebab, tidak sedikit masyarakat yang belum memahami apa makna kemerdekaan bagi mereka. Perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia kembali menggelegar tahun ini. Setelah bertahun-tahun, tanggal 17 Agustus selalu jatuh bertepatan dengan bulan Ramadan yang menyebabkan peringatan hari Kemerdekaan selalu sepi, kini setiap warga masyarakat kembali memeriahkan hari Kemerdekaan itu.

Nuansa merah putih, baik umbul-umbul, bendera, spanduk, baligo atau sekedar kertas minyak berwarna merah putih, selalu menghiasi setiap wilayah pemukiman dan perkantoran. Euforia perayaan hari Kemerdekaan RI ternyata hanya sebatas umbul-umbul. Sebab, tidak sedikit masyarakat yang merasakan kemerdekaan bagi mereka.

Seperti halnya warga Medan berharap di hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang berumur 70 tahun dapat memberikan perubahan. Perubahan itu, terkait persoalan kebutuhan pokok yang kian melambung. Sofian 44 tahun, seorang pedagang kopi di jalan Kartini Medan berharap besar kemerdekaan itu tidak hanya sekedar peringatan simbolik. Namun, menyentuh persoalan-persoalan yang dirasakan rakyat, misalnya soal kebutuhan pokok.

“Kalau kita pedagang ini, merdeka itu sederhana. Misalnya, kalau harga kebutuhan pokok terjangkau, itu sudah merasa merdeka kita. Lalu, bisa berdagang dengan aman dan nyaman, karena itu pencarian kita,” ujar Adek kepada Aktual.com.

Komentar lainnya dikatakan Saut Sagala 31 tahun, warga Kelurahan Teladan Timur, Kecamatan Medan Kota. Menurutnya, Pemerintah saat ini dituntut bersikap lebih tegas dan kuat. Apalagi soal perekonomian yang tak menentu.

“Masyarakat terus diberikan janji-janji saja. Angin surga, tapi kenyataannya terbalik. Kalau rakyat kecil, ya mau gimana? Hanya pasrah saja, melawan nanti, toh kita jadi korban. Belum lagi soal politik, rakyat hanya disajikan soal perdebatan-perdebatan yang kadang tak menyentuh persoalan rakyat,” kata Saut.

Saut mengingatkan, agar pemerintah jangan menjadi alat yang malah merusak masyarakatnya. Apalagi, kata Saut, dirinya merasa, Indonesia saat ini seperti terpecah belah.

“Menurutku, Indonesia hanya diucapan saja bersatu, tapi perpecahan itu ada, walau tak terlihat kasat mata. Semua karena apa? Karena politik, karena kepentingan, karena uang dan kekayaan, pejabat sekarang mana ada yang peduli, hanya kejar kekuasaan saja,” tandasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Wisnu