Jakarta, Aktual.com — Sejak pagi, Senin (2/5) ratusan massa mahasiswa dari berbagai elemen kampus di Yogyakarta berdemonstrasi memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), menyuarakan keprihatinan atas kondisi pendidikan di Indonesia yang dianggap memburuk. Aksi terkonsentrasi di beberapa titik, seperti Tugu Pal Putih, Gedung DPRD DIY dan Titik Nol Malioboro.

Sekitar pukul 10.00 WIB, massa mahasiswa dari Aliansi BEM seluruh Yogyakarta tampak telah memadati area Tugu Pal Putih. Dalam orasinya, tuntutan yang disampaikan mahasiswa diantaranya, menolak segala bentuk usaha komersialisasi dan liberalisasi pendidikan tinggi dalam bentuk PTN berbadan hukum dengan dalih menuju Word Class University. Massa pula menuntut Kemenristekdikti, M Nasir, mundur dari jabatannya jika tidak mampu menyelesaikan segala carut marut permasalahan pendidikan di perguruan tinggi.

Berselang satu jam, sekitar 500an mahasiswa lain yang menamakan diri Gerakan Nasional Pendidikan (GNP) mendatangi gedung DPRD DI Yogyakarta dengan tuntutan yang sama. Mereka mengatakan, bahwa didalam lingkungan pendidikan, masih terdapat pengekangan atas kebebasan mahasiswa dalam berekspresi, beridiologi, berakademik, serta keterbukaan informasi di dunia pendidikan masih berada dibawah kungkungan represifitas lembaga pendidikan dan kelompok kepentingan lainnya.

Atas dasar itu, mereka menuntut pemerintah untuk mencabut UU Sisdiknas 20/2003 dan UU PT 12/2012, mencabut sistem Uang Kuliah Tunggal, pemerataan pendidikan di seluruh Indonesia, meningkatkan kesejahteraan tenaga pendidik, menolak komersialisasi lembaga pendidikan, serta beberapa permasalahan lain yang dianggap menurunkan kualitas dan substansi pendidikan di Indonesia.

Pasca menyampaikan tuntutan, sekitar pukul 12.00 WIB, massa GNP bergerak menuju Titik Nol Malioboro yang menjadi rute akhir aksi longmarch yang direncanakan. Namun, berselang beberapa menit, gedung DPRD kembali diserbu puluhan massa mahasiswa, kali ini dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Yogyakarta.

Setibanya dihalaman gedung, pasca menyampaikan orasi, massa HMI menginginkan anggota dewan yang berada ditempat keluar untuk menanggapi aspirasi mereka. Akan tetapi, Humas DPRD menyatakan bahwa seluruh anggota dewan sedang tidak berada di lokasi karena tengah melakukan kunjungan kerja ke Jakarta, massa mahasiswa tidak mempercayai hal tersebut, situasi pun memanas.

Dengan amarah yang meninggi, massa HMI sontak mensweeping setiap ruang-ruang anggota dewan dikawal satuan pengamanan dalam (Pamdal) gedung DPRD yang tampak kewalahan. Hasilnya, di salah satu ruangan ditemukan seorang anggota dewan Komisi C dari fraksi PKS, Tri Huda.

Massa yang tampak geram langsung menumpahkan amarah kepada Tri Huda karena dianggap sengaja bersembunyi, tidak ingin menemui massa mahasiswa yang berada diluar. Tri Huda lantas menuruti keinginan mahasiswa untuk berdialog diluar gedung, suasana perlahan terkendali. Massa HMI kembali melanjutkan longmarch ke Titik Nol Malioboro untuk bergabung dengan ratusan mahasiswa lainnya dari Aliansi GNP yang lebih dulu tiba.

Aksi demonstrasi yang dilakukan ratusan mahasiswa dari berbagai elemen kampus di Hadiknas ini adalah sebagai respon atas semakin kacaunya pengelolaan dunia pendidikan Indonesia. Kampus sebagai elemen penyedia jasa pendidikan adalah sebagai tempat yang mutlak yang dijadikan wahan menempa diri oleh pemuda untuk memperoleh pendidikan tinggi.

Untuk itulah, kampus perlu menjadi epicentrum pendidikan yang merakyat sehingga mampu menampung kebutuhan pendidikan warga negara Indonesia secara luas dan menyeluruh.

Artikel ini ditulis oleh:

Nelson Nafis