Jakarta, Aktual.com – Sekretaris Umum PP Fatayat NU, Anggi Ermarini MKM punya kesan sendiri dalam merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke-70, pada Senin (17/8) kemarin. Menurut Anggi, merdeka bagi wanita penting untuk terus diperjuangkan. Sebab menurutnya, belum ada kemerdekaan khususnya untuk kaum Hawa.
Anggi mengungkapkan, terdapat tiga hal yang menunjukkan betapa perempuan Indonesia belum sepenuhnya merdeka.
“Pertama, perempuan Indonesia belum merdeka atas tubuhnya sendiri. Buktinya, sampai sekarang ini tubuh perempuan masih menjadi sasaran eksploitasi dan kekerasan. Ini terlihat jelas dengan maraknya kasus pemerkosaan, pelecehan, kuatnya stereotipe negatif terhadap tubuh perempuan, dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT),” kata Anggi kepada wartawan di Jakarta, Selasa (18/8).
Selanjutnya menurut Anggi, perempuan Indonesia belum merdeka untuk bermasyarakat atau mengaktualisasikan dirinya sebagai warga bangsa, yang setara dengan warga bangsa yang lainnya.
“Di berbagai lapangan kehidupan, seperti ekonomi, politik, sosial dan budaya, perempuan masih mengalami perlakuan diskriminatif,” ungkapnya.
Yang ketiga, lanjutnya, perempuan Indonesia belum merdeka untuk mengembangkan kapasitas dirinya sebagai manusia.
“Tentu saja, supaya bisa mengembangkan diri, manusia perlu memenuhi prasyarat, seperti makanan yang cukup, kesehatan yang baik, pendidikan, dan kemerdekaan untuk mengambil keputusan untuk dirinya sendiri,” kata Anggia menjelaskan.
Lebih lanjut, Anggi mengisahkan bagaimana peranan kaum perempuan bagi perjuangan bangsa Indonesia hingga saat ini.
Menurutnya, sejak dahulu isu terhadap perjuangan perempuan sudah santer dilakukan. Baik oleh kelompok independen, maupun pemerintah. Hal itu terbukti dengan banyaknya organisasi-organisasi untuk memperjuangan kaum perempuan. Dirinya memberikan beberapa contoh sosok pergerakan emansipasi kaum perempuan.
“Kemunculan gerakan wanita di Indonesia dipelopori olah RA Kartini (1879-1904). Perjuangan wanita yang dilakukan Kartini berupa tuntutan emansipasi (persamaan hak) antara pria dan wanita, khususnya di bidang pendidikan dan perkawinan. Berkat Kartini, banyak sekolah didirikan khusus untuk pendidikan kaum perempuan,” ujarnya.
Selain Kartini, lanjut Dia, Dewi Sartika juga menjadi pelopor gerakan wanita di Jawa Barat. Ia mendirikan sekolah Keutamaan Isteri untuk kaum wanita di Jawa Barat.
Artikel ini ditulis oleh: