Jakarta, Aktual.com – Belum lama ini, World Economic Forum (WEF) merilis daftar peringkat daya saing negara-negara di dunia. Tapi sayangnya, peringkat Indonesia malah melorot dari yang semula ke-37 menjadi posisi ke-41.
Menurut peneliti dari INDEF, Ahmad Heri Firdaus, melorotnya daya saing pemerintah saat ini sebagai bukti kemudahan berbisnis (ease of doing business) di Indonesia memang belum membaik.
“Ini memang disayangkan. Jadi kondisi ini pertanda masih belum membaiknya indikator ease of doing business itu masih rendah,” jelas Heri, di Jakarta, Minggu (2/10).
Cuma yang paling perlu disorot adalah faktor implementasi dari paket kebijakan ekonomi ini belum sepenuhnya konkret di lapangannya.
“Karena dengan kondisi itu telah menimbulkan ketidakpercayaan dari dunia usaha ke kinerja pemerintahan saat ini,” tegas Heri.
Untuk itu, saran Heri, yang harus segera dilakukan pemerintah adalah memperbaiki indikator-indikator yang jadi penilaian di ease of doing business itu.
“Seperti pemberantasan korupsi, kinerja birokrasi, dan lainnya. Jika tak diperbaiki maka tidak akan ada peningkatan peringkat,” ucap dia.
Selain itu, kata dia, perbaikan yang harus dilakukan pemerintah juga tak bisa santai. Karena negara lain juga ingin memperbaiki daya saingnya. Sehingga jika langkah pemerintah lambat dan negara lain semakin kencang laju, maka Indonesia akan semakin ketinggalan.
“Memang, turunnya peringkat kita itu bisa jadi karena negara lain meningkat lebih cepat ease of doing business-nya. Sehingg peringkat kita jadi kesusul. Tapi itu tak bisa jadi alasan. Pemerintah harus kerja cepat,” pungkasnya.
WEF sendiri akhir pekan ini merilis competitiveness index terhadap 138 negara-negara di dunia. Tiga posisi puncak diisi masing-masing oleh Swiss, Singapura, dan Amerika Serikat (AS). Sedang di negara Asia, Indonesia masih kalah jauh dari Jepang (8), Malaysia (25), Korea Selatan (26), China (28), dan Thailand (34).
Dalam Laporan Indeks Daya Saing WEF 2016-2017 ini, Indonesia hanya bisa unggul dari negara-negara seperti, Filipina (57), Brunei Darussalam (58), dan Vietnam (60).
Rilis peringkat WEF itu memberikan sudut pandang yang lebih mendalam terhadap produktivitas dan kemakmuran masing-masing negara.
*Bustomi
Artikel ini ditulis oleh: