Sebanyak 65 persen netizen yang merespons adalah kaum laki-laki dan 35 persen netizen perempuan.

Hal yang cukup menarik, kata Rustika, dominasi emosi yang dimunculkan oleh netizen perempuan adalah “surprise”. Netizen perempuan banyak melakukan percakapan tepat pascakejadian yang cukup mengagetkan itu.

“Kemudian disusul dengan emosi Anticipation yang mengharapkan agar masyarakat dan aparat lebih waspada agar peristiwa tersebut tidak terulang, juga ada beberapa yang mengkhawatirkan isu keamanan,” kata Rustika.

Dari sisi usia, netizen yang merespons adalah netizen berusia 18-25 tahun sebesar 42,3 persen dan mereka yang berusia 26-35 tahun sebesar 37,2 persen.

Ada lima percakapan terbesar terkait dengan peristiwa penyerangan terhadap Wiranto di Twitter. Pertama, soal keterkaitan dengan isu teroris sebanyak 5.243 percakapan.

Kedua, harapan netizen untuk Wiranto sebanyak 2.700 percakapan. Ketiga, Pisau Kunai sebanyak 1.819 percakapan. Keempat, harapan ditindaklanjuti 1.336 percakapan. Kelima, kaitan dengan politik (Pilpres/KPK/Papua) 1.045 percakapan.

Berdasarkan analisis jejaring (SNA), kata Rustika, pembicaraan terkait isu Wiranto secara umum hanya terpolarisasi dalam 4 kelompok. Keempat kelompok itu antara lain netizen netral sebanyak 7,2 persen. Terdiri dari 1.002 Akun dan 1.032 cuitan yang menggaungkan tagar #wiranto dengan cuitan berita penusukan Wiranto.

Artikel ini ditulis oleh:

Zaenal Arifin