Ketum Aprindo Roy Nicholas Mandey

Jakarta, Aktual.com – Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Nicholas Mandey menyebutkan penurunan daya beli saat ini tak bisa terbantahkan. Ditambah bisnis lagi ritel kini sudah mengalami penurunan selama 2,5 tahun ini.

Meski ada perilaku perubahan konsumen dari belanja offline ke online, tapi menurut Roy, tetapi penyumbang utama ritel sepi itu terjadinya daya beli masyarakat yang anjlok.

“Kondisi bisnis ritel sekarang ini sejak 2,5 tahun itu terus menurun. Makanya kami dari pelaku usaha betul ada prilaku konsumen terjadi shifting adanya consumer behavior. Tapi faktanya daya beli masyarakat menurun,” kata dia di Jakarta, Rabu (1/11).

Dia menegaskan, puncak bisnis ritel terjadi pada tahun 2012-2013 yang bertumbuh sebesar 13 persen. “Dan itu dua kali dari pertumbuhan ekonomi nasional,” katanya.

Tapi kondisinya, kata dia, bisnis ritel sekalipun orang yang pergi ke pusat perbelanjaan banyak, tapi masih yang yang belanja berkurang.

“Jadi customer itu bertambah tapi market size menurun. Dulu belanja itu dalam stok banyak, tapi saat ini belanja lebih ke secukupnya saja. Kalau dulu itu belanja apa saja dalam trolly yang tidak penting pun tetap diangkut,” kata dia.

Menurutnya, sampai hari ini mal memang masih ramai, tapi ritel ini masih sepi. Karena sebanyak 70-80 persen cuma makan dan minum saja.

“Makanya ketika mereka keluar mall yang bawa jinjingan itu bisa dihitung. Tidak seperti sebelumnya. Artinya mereka itu datang ke mal cuma makan saja,” jelas dia.

Bahkan berdasar data Bank Indonesia (BI), pola belanja itu pergeseran bukan untuk konsumsi tapi lebih ke liburan.

“Sementara untuk mereka yang konsumsi cari barang itu tak signifikan lagi. Hal ini yang membuat bisnis ritel semakin terpukul,” ujar dia.

 

Pewarta : Busthomi

Artikel ini ditulis oleh:

Bawaan Situs