Laporan Keuangan
Laporan kinerja keuangan Pertagas pada 2017 mencatat laba bersih USD141 juta atau sekitar Rp1,87 triliun. Laba tersebut turun USD18 Juta dibanding tahun 2016 yang mencapai USD159 juta dolar AS. Pertagas berlasan, penurunan laba bersih tersebut terkait penerapan Peraturan Menteri ESDM Nomor 58 Tahun 2017 mengenai harga gas hingga ke konsumen akhir (end user) tersebut guna meningkatkan daya saing industri nasional dan memperkuat ketahan pangan dan energi.
Pada kuartal IV 2017, Aset Pertagas mencapai USD1,9 triliun, liabilitas USD721 juta, ekuitas perusahaan mencapai USD1,2 triliun. Pendapatan usaha Pertagas naik dari USD463 juta menjadi USD624 dibanding kuartal sebelumnya.
Laporan keuangan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk atau PGN pada 2017 mengungkapkan bahwa perusahaan telah berhasil meraup laba USD143 juta dan menurunkan biaya operasional menjadi US$ 457 juta pada akhir 2017. Artinya dalam lima tahun terakhir, PGN berhasil menurunkan CAGR biaya operasional sebesar 3 persen dari US$ 511 juta pada 2013 lalu.
Manajemen juga berhasil menekan jumlah utang atau liabilitas jangka pendek maupun jangka panjang perusahaan. Sampai akhir 2017 lalu, liabilitas PGN tercatat sebesar US$ 3,10 miliar, berkurang signifikan dibandingkan posisi liabilitas 2016 sebesar US$ 3,66 miliar.
Penurunan laba PGN pada 2017 salah satu sebabnya adalah tidak menaikkan harga pokok penjualan (HPP) gas ke pelanggan, meskipun harga beli gas domestik dari kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) terus naik. Padahal HPP gas domestik mengalami kenaikan rata-rata sebesar 8 persen pada periode 2013 sampai 2017. Mulai dari US$ 1,58 per MMBTU menjadi US$ 2,17 per MMBTU.
“Beban HPP merupakan porsi terbesar dalam komponen pembentukan harga jual gas bumi, sekitar 60 persen kontribusinya. Namun, naiknya harga beli gas domestik dari produsen atau KKKS tidak diikuti dengan penyesuaian harga jual gas bumi ke pelanggan,” kata Rachmat, Rabu (28/3).
Salah satu contoh harga beli gas yang melonjak sesuai instruksi regulator adalah harga gas dari Conocophilips untuk memenuhi kebutuhan industri di Batam, dari semula US$ 2,6 per MMBTU menjadi US$ 3,5 per MMBTU. PGN tetap membeli gas tersebut meskipun harus menanggung beban sebesar US$ 7,5 juta per tahun.
“Kami melakukan berbagai upaya efisiensi sehingga mampu mencetak laba di tengah kondisi perekonomian saat ini,” kata Sekretaris Perusahaan PGN Rachmat Hutama.
Sepanjang kuartal I 2018, PGN mencatatkan kenaikan pendapatan 7% menjadi US$ 798 juta atau setara dengan Rp10,83 triliun (kurs rata-rata Rp 13.576) sepanjang periode Januari-Maret 2018. Realisasi tersebut hampir 7 persen lebih tinggi dibandingkan perolehan pendapatan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 746 juta.
Page 4: Integrasi PGN – Pertagas Guna Optimalisasi Holding BUMN Migas
Artikel ini ditulis oleh:
Eka