Jakarta, Aktual.com – Pak Midun, Seorang Pahlawan Perdamaian, Menuntut Keadilan untuk Tragedi Kanjuruhan
Pak Midun, nama panggilan dari Miftahuddyn Ramli, tampil sebagai pahlawan dengan misi mulia. Melalui perjalanan sepeda yang melelahkan, ia membawa pesan penting dari kota Malang ke ibukota, Jakarta. Aksinya ini adalah sebuah pengingat yang menggetarkan hati tentang korban yang belum mendapatkan keadilan penuh pasca Tragedi Kanjuruhan. Peristiwa tragis yang merenggut nyawa 135 orang pada pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, pada 1 Oktober 2022.
Penuh semangat, Pak Midun mengayuh sepedanya menempuh perjalanan panjang melintasi lebih dari 700 kilometer, dengan sebuah keranda mayat sebagai simbol perjuangannya. Menyusuri jalanan dan kota-kota, ia tidak sendirian dalam tuntutan keadilan ini. Para suporter dari berbagai daerah berdiri bersamanya, menjaga dan mendukung perjalanannya. Jejaring komunikasi mereka menjadi tulang punggung menjaga Pak Midun dalam perjalanan panjang ini.
Perjalanan tak hanya sekadar fisik, tapi juga spiritual. Di setiap kota yang dilalui, Pak Midun meluangkan waktu untuk mengunjungi stadion-stadion dan mengenang para korban. Akhirnya, tibalah ia di Stadion Gelora Bung Karno, tempat yang mengingatkan pada semangat olahraga dan juga menggelorakan panggilan untuk keadilan. Dalam video yang beredar luas di media sosial, kita bisa melihatnya bersujud syukur di hadapan stadion megah itu, sebuah tindakan yang menyiratkan harapan dan pengorbanannya.
Meskipun telah menempuh perjalanan yang berat, Pak Midun adalah simbol dari tekad dan semangat yang menggerakkan masyarakat. Aksinya telah menggetarkan hati banyak orang, termasuk para suporter yang masih peduli terhadap Tragedi Kanjuruhan. Namun, upaya ini masih menyisakan banyak pertanyaan. Masih belum ada konfirmasi resmi mengenai tindak lanjut dari pihak berwenang. Tragedi Kanjuruhan masih menjadi luka yang dalam bagi keluarga korban, karena mereka belum mendapatkan pertanggungjawaban yang sepatutnya.
Pak Midun telah memulai perjalanan dari Malang, melintasi banyak kota dan mengunjungi stadion-stadion, semuanya dalam nama keadilan. Namun, harapannya adalah sebuah akhir yang adil dan setimpal untuk korban Tragedi Kanjuruhan. Ia bukan hanya seorang pengayuh sepeda, tapi juga seorang pejuang yang menegaskan pentingnya keadilan dalam dunia olahraga dan kehidupan manusia.
Artikel ini ditulis oleh:
Ilyus Alfarizi