Sejumlah pekerja melakukan pengisian BBM jenis pertalite ke kapal MT Permata Selatan di Terminal BBM Bitung, Sulawesi Utara, Sabtu (26/3). Pertamina melakukan pengiriman perdana BBM pertalite sebanyak 90 ribu liter ke kabupaten Kepulauan Talaud dengan menggunakan kapal MT Permata Selatan guna meningkatkan pemasaran Pertalite hingga ke pulau-pulau. ANTARA FOTO/Yusran Uccang/aww/16.

Jakarta, Aktual.com – Serikat Pekerja FKPPA Pertamina merasa pihak Direksi pertamina serta Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah merusak usaha Pertamina Shipping (Pertamina Perkapalan) dengan memecahkan lembaga itu menjadikan anak usaha baru.

Ketua Serikat Pekerja FKPPA Pertamina, Sofyani Faisol mengatakan tindakan itu malah melemah usaha yang ada dan semakin membuat usaha menjadi tidak efisien. Dia mencurigai ada pihak yang berkepentingan agar usaha Perkapalan Pertamina tetap menjadi kerdil.

“Sangat disayangkan, misi mulya menjaga kelancaran distribusi BBM ke seluruh pelosok negeri, usahanya malah di pisah-pisah. Padahal ini sektor strategis yang menyangkut hajat hidung orang banyak. Seharusnya perkapalan ini diperkuat, ini malah Un-Bundling,” kata Sofyani di Jakarta, Selasa (27/12)

Tidak hanya itu, dia merasa Direksi dan Kementerian BUMN telah ingkar janji. Pada saat diskusi dengan serikat pekerja pada 4 Desember 2015, dinyatakan bahwa pembentukan anak usaha Shipping dinilai belum perlu dan tidak penting.

Namun yang disesalkannya, baru-baru ini ternyata diketahui anak usaha tersebut telah terbentuk oleh Kementerian BUMN. Dari itu dia meminta agar Presiden mengevaluasi kinerja Kementerian BUMN agar mengetahui motif sesungguhnya dibalik pelemahan usaha tersebut.

Kemudian dia berpesan kepada direksi Pertamina agar membangun komunikasi yang harmonis dengan Serikat Pekerja, sehingga kesepahaman yang telah terbangun tidak diingkari secara sepihak oleh direksi.

Dia mengingatkan bahwa dahulu pada tahun 1990, Pertamina Perkapalan pernah memiliki kapal hingga berjumlah lebih dari 200 armada, namun sekarang, Pertamina hanya memiliki 67 armada dan lebih dari 200 armada dilakukan secara charter.

Laporan: Dadangsah Dapunta

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Nebby