Jakarta, Aktual.com – Rektor Universitas Paramadina, Firmanzah menilai perkembangan media sosial saat ini semakin maju dan tumbuh pesat. Namun, seiring masifnya penggunaan sosial media ada satu hal yang dilupakan, yakni semangat tunggal ika.
Menurut dia, berkembangnya sosial media harus juga mengedepankan semangat persatuan (tunggal ika), bukan keberagaman (kebhinekaan) seperti yang marak terjadi saat ini.
“Platform yang harus kita kedepankan harusnya tunggal ika, bukan kebhinekaan,” ujar Firmanzah dalam diskusi ‘Politik dan Media Sosial’ di kawasan Menteng, Jakarta, Sabtu (10/12).
‎Semangat tunggal ika, lanjut dia, diharapkan dapat menjadi penjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Karena keutuhan bangsa menjadi prioritas, meski bertebarannya jejaring sosial media saat ini.
“Konvensional atau digital sama saja, karena ini platform bersama untuk enjaga keutuhan berbangsa dan bernegara,” terang Firmanzah.
Karena itu menurut dia, landasan Sumpah Pemuda 1928 dapat dijadikan sebagai dasar pandangan terhadap fenomena sosial media ini.
Terang dia, dari Sumpah Pemuda itu para pemuda Indonesia berikrar untuk menyatukan keberagaman yang ada.
“Sumpah Pemuda itu bukan ikrar kebhinekaan, tapi itu ikrar tunggal ika. Itu penyatuan,” kata rektor termuda di Indonesia tersebut.
Lebih jauh Firmanzah menjelaskan, para founding father telah mengatasi keberagaman dengan mencari platform baru saat itu dengan nama Indonesia. Indonesia dirancang sebagai sebuah negara dan bangsa yang menjadi tempat bersatunya masyarakat yang beraneka ragam.
“Jadi kita tidak usah debat. Sudahlah, kita memang berbeda, tapi karena berbeda-beda maka kita butuh bersama. Jadi jangan kekuatan kebhinekaan (yang didorong di sosmed), saya berharap spirit, semangat tunggal ika yang hadi hadir dalam sosmed,” ujar Firmanzah.
Laporan: Fadlan Syiam Butho
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby