Jakarta, Aktual.com — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong warga Nahdlatul Ulama (NU) berani berinvestasi di pasar modal untuk berkontribusi menopang laju pertumbuhan perekonomian nasional.

“Kami berharap warga Nahdlatul Ulama mulai berani berinvestasi sehingga perekonomian nasional tidak mudah gonjang-ganjing,” kata Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Sarjito dalam diskusi publik OJK Dengan Warga NU bertajuk “Membangun keluarga Maslahah: Perencanaan Keuangan Keluarga dan Budaya Investasi Syariah” di Yogyakarta, Jumat (18/9).

Sarjito mengatakan, perekonomian Indonesia mudah bergejolak, di antaranya karena 64 persen kepemilikan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih dikuasai investor asing.

“Sehingga kalau mereka (pemodal asing) berbondong-bondong jual saham, maka rupiah anjlok dan ekonomi Indonesia gonjang-ganjing,” kata dia.

Oleh sebab itu, menurut Sarjito, untuk mendorong masyarakat muslim berinvestasi, mereka juga dapat memilih investasi saham syariah di pasar modal, yang diterbitkan oleh emiten yang pengelolaan usahanya dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip syariah.

“Warga NU dapat berinvestasi pada hal-hal yang berbau syariah,” kata dia.

Sementara itu, menurut Sarjito, pola pikir masyarakat khususnya warga NU dalam mengelola keuangan perlu diubah, bukan hanya gemar menabung di bank saja, namun perlu diarahkan gemar berinvestasi agar keuangan berkembang.

Keputusan untuk berani berinvestasi, kata dia, juga tidak perlu menunggu kaya terlebih dahulu, sebab dengan berinvestasi justru merupakan upaya untuk menjadi kaya.

“Karena dengan menabung di bank saja tidak membikin kaya, hanya membuat tenang. Kita harus bergerak dan berkompetisi dengan berinvestasi,” kata dia.

Dengan demikian, ia mengatakan, dengan berinvestasi pada dasarnya bukan hanya berorientasi untuk membantu meningkatkan laju perekonomian nasional, melainkan juga mendorong peningkatan perekonomian pribadi atau keluarga.

“Sehingga upaya membangun keluarga yang maslahat juga dapat tercapai,” kata dia.

Sementara itu, Wakil Ketua Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) DIY, Alissa Wahid menilai pentingnya berinvestasi sebaiknya bukan dipicu dari keinginan meningkatkan keuangan, tetapi bertujuan untuk kemaslahatan keluarga.

“Sehingga dengan keluarga-keluarga yang maslahah akhirnya dapat mendorong kemaslahatan yang lebih besar,” kata putri sulung mendiang mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid itu.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan