Jakarta, Aktual.com – Ibnu Athailllah Assakandary berkata:
مَا تَرَكَ مِنَ اْلجَهْلِ شَيْئًا – مَنْ أَرَادَ أَنْ يُحْدِثَ فِي الوَقْتِ غَيْرَ مَا أَظْهَرَهُ اللهُ فِيْهِ
Artinya: “Tidak ada yang lebih bodoh dari seseorang yang ingin mengadakan pada masa ini selain apa yang Allah Swt. telah tampakkan dan tetapkan.”
Sebuah etika yang hendaknya dimiliki oleh seorang salik adalah mengetahui dimana maqam yang Allah Swt. tempatkan untuk dirinya sampai Dia mengangkatnya ke maqam selanjutnya. Dan ini termasuk salah satu adab beribadah kepada Allah Swt.
Barang siapa yang melompati maqam yang Allah Swt. telah tetapkan, sungguh ia telah melakukan kebodohan dan telah suu’ al-adab kepada Allah Swt.
Kata al-waqtu dalam terminologu kaum sufi adalah sebuah periode dimana Allah Swt. memberikan hak-Nya kepada seorang hamba. Dan tidaklah seorang hamba dapat keluar dari apa yang telah Allah Swt. tetapkan tersebut.
Dari hikmah yang Ibnu Athaillah sampaikan ini, kita juga dapat mengambil pelajaran tentang bagaimana kita bermuamalah kepada sesama manusia.
Manusia memiliki maqam derajat yang berbeda-beda dalam memahami kebenaran. Ada yang masih sangat awam dan ada dari mereka yang telah mencapai maqam ma’rifat kepada al-Haq tersebut.
Rasulullah Saw. pernah bersabda:
حدثوا الناس بما يعرفون، أتحبون أن يكذّب الله ورسوله
Artinya: “Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan apa yang mereka ketahui. Apakah kalian ingin melakukan dusta kepada Allah Swt. dan rasul-Nya?.”
Laporan: Mabda Dzikara
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid