Jakarta, Aktual.com – Di tengah dampak perubahan iklim yang tak menentu, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya untuk meningkatkan produksi pangan.
Salah satu caranya dengan membangun konservasi air pada sektor pertanian. Langkah ini ditempuh untuk menyiasati ancaman gagal panen karena iklim yang tak bersahabat.
“Beberapa jenis bangunan konservasi air yang dikembangkan pemerintah melalui Kementan seperti embung, dam parit, dan longstorage,” ungkap Dirjen PSP, Sumardjo Gatot Irianto dalam keterangan tertulis yang diterima, Rabu (19/10).
Pada 2015 telah dikembangkan 318 unit embung, dam parit, dan long storage di 57 kabupaten di 16 provinsi. Pada tahun ini, jumlah pengembangan ketiga bangunan konservasi air tersebut bertambah menjadi 2.030 unit yang tersebar di 270 kabupaten di 32 provinsi.
Langkah pemerintah ini diharapkan bisa menggenjot Indeks Pertanaman, minimal setengah kali lebih banyak. Kebijakan ini dikelola oleh Direktorat Irigasi Pertanian. Dan pada 2015 dan 2016 telah melaksanakan program kegiatan pengembangan bangunan konservasi air.
“Dengan satuan harga per unitnya Rp100 juta dan coverage area rata-rata 25 hektare (ha) per unit, maka hasil dari program ini diperkirakan minimal mampu meningkatkan Indeks Pertanaman sebesar 0,5 kali,” ujar Gatot.
Apalagi pelaksanaan kegiatan tersebut seluruhnya berasal dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
“Jadi dananya dari APBN. Dan pengembangan bangunan konservasi air ini untuk mengoptimalisasi ketersediaan air karena berguna untuk menyimpan sekaligus mengatasi kelangkaan air. Saya yakin akan dapat meningkatkan luas tanam dan produksi pertanian,” tegas dia.
Dia mengasumsi, bila berdasar pada data Pusdatin Kementan pada 2015 dengan produktivitas padi nasional 5,2 ton per ha, maka strategi pengembangan bangunan konservasi akan potensial meningkatkan produksi di 2015 minimal sebanyak 20.670 ton dan di 2016 minimal sebesar 131.950 ton.
Pelaksanaan kegiatan pengembangan bangunan konservasi air sendiri dilakukan secara padat karya oleh Kelompok Tani.
Salah satunya dilakukan oleh Kelompok Tani Jaya 4 di Desa Bandungharjo, Kecamatan Donorojo. Dengan mengembangkan dam parit, mereka mampu mengalirkan air untuk areal sawah seluas 35 ha.
“Saat ini telah dimanfaatkan petani untuk irigasi sawah. Sehingga biasanya setahun dua kali tanam, sekarang kita malah akan melakukan tanam untuk yang ketiga kalinya,” imbuh Ketua Kelompok Tani Jaya 4, Suryanto.(Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid