Ada ‘Orang Kuat’ di belakang menteri Rini. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Analis kebijakan publik, Mara Salem Harahap menyimpulkan penyebab meruginya PTPN III (Persero) Holding Company pada tabun 2016 dikarenakan kesalahan manajemen dan kebijakan leadership.

Berdasarkan hasil final audit oleh lembaga Auditor internasional E & Y yang telah dirilis oleh Direktur Keuangan Holding, Erwan Pelawi pada akhir maret 2017, kinerja PTPN III Holding Company pada 2016 mengalami kerugian sekitar Rp 1,4 triliun.

Adapun kinerja keuangan ini ketika Dirut Holding masih dijabat oleh Elia Massa Manik (sebelum menjadi Dirut Pertamina) yang notabene bukan orang berlatar belakang perkebunan.

“Elia Massa Manik tidak memiliki kemampuan menjadi orang nomor 1 di PTPN III sebagai Holding Perkebunan. Penilaian tersebut tentu berdasarkan perbandingan dengan kinerja kebun-kebun yang dimiliki dan dikelola swasta besar, seperti Lomsum, Astra Group, Indosawit Group, Sampurna Group, Wilmar Group dan Sinar Mas Grop dan lain lain,” kata Mara dalam keterangan yang diterima Aktual.com, Rabu (24/5).

“Mereka yang awalnya tidak memiliki kebun, sekarang bahkan bisa mengembangkan terus sampai dengan jutaan hektar, bahkan tingkat produksinya rata-rata diatas 24 ton sampai dengan 26 ton per hektarnya, sementara kebun PTPN hanya produksinya sekitar 18 ton per hektarnya, sangat ironis,” lanjutnya.

Dia merasa heran, kebun-kebun milik PTPN berada pada lahan kelas satu baik tingkat kesuburan maupun kesesuaian iklimnya. Kebun-kebun itu merupakan kebun pilihan sejak jaman Belanda dibandingkan kebun milik swasta yang baru dibangun diera tahun 1980.

“Ada hal tidak benar, contohnya terdapat dugaan fiktif kebun Kembayan 2 Kaltim. Merebak juga di PTPN 13. Sekarang infonya sedang disidik kembali oleh Kejati Kalbar. Harapan kita kasus ini jangan hanya menjadi ATM oknum Kejaksaan. Semua persoalan yang dialami oleh PTPN ini terjadi karena salah kelola yang masif akibat KKN,” tuturnya.

Kesalahan tata kelola ini juga terjadi pada PTPN IV Medan, lanjut Mara Salem Harahap. Selama Direktur utama dijabat oleh Dasuki Amsir yang notabene orang Bank, dia tidak mampu menunjukkan kinerja yang baik, malah terindikasi Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN). Tapi, sayangnya setelah gagal memimpin di PTPN IV Medan, anehnya malah dipromosikan menjadi Dirut PTPN III (Persero) Holding Company.

“Ternyata masih kental KKN dalam pengangkatan jabatan di jajaran Kementerian BUMN RI yang dipimpin Rini Soemarno. Dasuki Amsir tidak layak menjabat Dirut PTPN III (Persero), karena selama menjabat menjadi Dirut PTPN IV Medan Dasuki Amsir diduga terlibat KKN pada pengadaan beras catu jatah karyawan PTPN IV Medan beberapa waktu yang lalu dan gagal memimpin PTPN IV Medan,” tutupnya.

(Dadangsah Dapunta)

Artikel ini ditulis oleh: