Jakarta, Aktual.com – Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memperkirakan harga komoditas yang kini melanjutkan lonjakan akan menjadi angin segar bagi ekspor dalam jangka pendek, setidaknya sampai akhir tahun 2021.
“Pertumbuhan 3,51 persen sudah bisa diperkirakan sebelumnya. Kinerja ekspor cukup positif dengan catatan surplus perdagangan yang tinggi di September 2021 sebesar 4,37 miliar dolar AS,” ucap Bhima di Jakarta, Jumat (5/11).
Permintaan dari negara mitra dagang utama seperti China, Jepang, dan Amerika Serikat, menjadi kunci momentum ekspor.
Kendati demikian ia menilai masalah pertumbuhan ekonomi di triwulan III 2021 muncul dari realisasi belanja pemerintah yang masih belum memuaskan, karena relatif lambat di beberapa pos, seperti serapan anggaran kesehatan dan program perlindungan sosial.
“Saya tidak banyak berharap serapan Program Ekonomi Nasional (PEN) mungkin hanya bisa 80 persen saja, sama dengan serapan tahun sebelumnya,” tutur Bhima.
Dari sisi lapangan usaha, ia berpendapat sektor pendidikan, kesehatan, serta informasi dan telekomunikasi, masih menjadi sektor pendongkrak utama sepanjang triwulan III tahun ini.
Sektor jasa informasi dan komunikasi serta pendidikan sekaligus terdorong penggunaan internet yang tinggi karena pembelajaran sebagian besar dilakukan secara daring dan perusahaan juga memberlakukan bekerja dari rumah (WFH).
Sektor pendidikan secara musiman juga lebih tinggi, khususnya setiap bulan Juli-Agustus karena berkaitan tahun ajaran baru sekolah.
Sebelumnya Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono menyebutkan ekspor memang merupakan sumber pertumbuhan terbesar ekonomi Indonesia pada triwulan III-2021, dengan tercatat sebesar 61,42 miliar dolar AS atau tumbuh 50,9 persen dibandingkan triwulan III 2020 yang sebesar 40,70 miliar dolar AS.
Kinerja ekspor triwulan III 2021 juga tumbuh sebesar 13,18 persen (qtq) jika dibandingkan triwulan II 2021 yang sebesar 53,97 miliar dolar AS.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
A. Hilmi