Ahok menjadi saksi dalam sidang tersebut terkait kasus korupsi proyek pengadaan 25 UPS untuk 25 sekolah SMA/SMKN pada Sudin Pendidikan Menengah Kota Administrasi Jakarta Barat pada APBD Perubahan Tahun 2014.

Jakarta, Aktual.com – Pengamat komunikasi politik Emrus Sihombing mengkritisi gaya berkomunikasi Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Sebab, cenderung bersifat menghasut (demagogi) dan ada kesesatan berpikir (logical fallacy) yang cenderung menyerang pribadi seseorang (ad hominem).

“Saya pikir, dalam etika komunikasi, demikian juga dalam suatu diskusi atau perdebatan, termasuk wacana publik, tidak boleh menyerang pribadi,” ujarnya kepada Aktual.com, Senin (15/2).

Kalau pun ingin mengkritik, kata Emrus, seharusnya mengkritisi pandangan seseorang, bukan menyerang pribadi.

Apabila pernyataan yang dilontarkan Ahok sering mengarah pada personal seseorang, baginya, pejabat asal Belitung itu sama saja tidak humanis.

“Sebab, manusia adalah mahluk yang paling mulia dari seluruh ciptaan-Nya,” jelas akademisi Universitas Pelita Harapan ini.

Emrus menambahkan, orang yang tidak beretika dalam berkomunikasi, sejatinya tidak laik menjadi pemimpin. “Seperti negara atau provinsi, karena lebih berbahaya daripada koruptor,” tandasnya.

Diketahui, beberapa pernyataan Ahok sering berupa demagogi dan cenderung ad hominem. Misalnya, menyebut mantan kepala BPK DKI, Efdinal, tendensius dalam memeriksa pembelian lahan RS Sumber Waras.

Padahal, pemeriksaan tersebut tiap tahun dilakukan BPK DKI terhadap kebijakan pemerintah provinsi (pemprov).

Begitu pula pernyataan kasar Ahok kepada Wakil Ketua DPRD DKI, Lulung Abraham Lunggana, terkait dugaan barter pengadaan UPS dengan Sumber Waras.

“Kalau dia (Lulung) fitnah barter, itu fitnah yang gobloknya minta ampun!” kata Ahok dengan nada tinggi saat dimintai tanggapan atas komentar Lulung.

Pernyataan senada dilontarkan Ahok saat merespon statement Lulung mengenai penertiban kalijodo. Dimana, bekas politikus tiga partai ini justru menyinggung mengenai hal lain.

“(Penertiban) Tanah Abang saja, dia enggak bisa beresin,” ketus Ahok.

“Mohon dibantu juga kalau punya Lamborghini, itu pelat nomornya jangan bodong, biar bayar pajak. Jadi kalau kaya, terus punya Lamborghini, STNK-nya yang benar, bayar pajak gitu lho,” sambung suami Veronica Tan ini.

Artikel ini ditulis oleh: