Suasana di sekitar pemukiman kumuh tepi rel kawasan Tanah Abang, Jakarta, Senin (17/10/2016) Selain mengganggu lalu lintas kereta, bangunan kumuh di bantaran rel kereta api ini pun membahayakan penghuni jika kereta melintasi kawasan tersebut.

Jakarta, Aktual.com – PT Len Industri (Persero) melalui anak perusahaan PT Len Railway System (LRS) tengah membangun sistem persinyalan untuk Paket B1 DDT (double-double track) pertama di Indonesia, Manggarai – Cikarang yang memiliki panjang lintasan 34 kilometer.

“Pekerjaan di paket ini berupa pembangunan sinyal double track lintas Manggarai-Cikarang,” kata Manager Humas PT Len Industri (Persero) Dony Gunawan di Bandung, Jumat (21/10).

Jalur itu, menurut dia, melewati enam stasiun besar yaitu stasiun Manggarai, Jatinegara, Cakung, Bekasi, Tambun dan stasiun Cikarang sehingga memperpanjang atau menambah jalur operasi Kereta KRL dari Bekasi ke Cikarang.

Proyek pembangunan DDT (double-double track) itu merupakan proyek yang terbagi menjadi tiga paket yakni Paket B1, Paket A, dan Paket B21 yang telah dimulai sejak tahun 2013. Untuk Paket A dan Paket B21 akan dikerjakan setelah paket itu selesai.

Paket B1 akan memodifikasi sistem persinyalan SSI milik Alstom yang dipasang tahun 90-an ke sistem K5B milik Kyosan Jepang.

Namun selain interlocking, hampir semua produk perkeretaapian lainnya (baik indoor maupun outdoor) menggunakan produk dalam negeri buatan PT Len Industri.

Perubahan double track menjadi double-double track bertujuan memisahkan kereta commuter dengan kereta antar kota.

Untuk Bekasi ke arah barat, Bekasi-Jatinegara-Manggarai, adalah paket berikutnya (Paket A dan Paket B21), sehingga kapasitas angkut kereta api bisa menjadi jauh lebih banyak lagi.

“Dari segi keamanan juga menjadi lebih safety,” katanya.

Len bersama Satuan Kerja Double-Double Track Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan serta perusahaan Jepang, Mitsubishi Heavy Indonesia dan Sumitomo Corporation yang tergabung sebuah Joint Operation (Missubishi Sumitomo JO/MSJO) menandatangani Paket B1 ini dengan dana pinjaman dari Jepang senilai Rp215 miliar termasuk konstruksi perkeretaapian.

“Kendati Len sebagai sub-kontraktor MSJO tersebut, namun mereka banyak membeli dan menggunakan produk substation, power distribution system, signalling system dan sistem telekomunikasi asli produk Len,” katanya.

Produk teknologi tinggi ini antara lain Automatic Block Signal (ABS), location case, level crossing, LED signal, control console, maintenance console, Train Supervisory Console (TSC), Main Distribution Panel (Power Panel) serta interface rack.

Pengerjaan itu membutuhkan waktu lama, karena kondisi lalulintas keretanya yang sangat padat.

“Selain itu mengganti sistem interlocking elektrik ke elektrik memang sangat sulit jika dibandingkan sistem interlocking mekanik ke elektrik,” katanya. (Ant)

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Eka