SVP Integrated Supply Chain (ISC), Daniel S Purba, saat Workshop mengenai update kinerja ISC di kantor Pertamina Pusat, Jakarta, Rabu (21/9). PT Pertamina (Persero) akan meracik Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium ‎sendiri di fasilitas blending Tanjung Uban, Bintan. Dengan begitu dapat menghemat impor sebesar 2 juta barel per bulan. Aktual/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – PT Pertamina (Persero) mengakui secara resmi telah menolak impor crude oplosan dari pemenang tender yakni, Glencore karena minyak mentah tersebut diyakini tidak sesuai komposisi pesanan seperti yang disepakati pada saat lelang.

Senior Vice President Integrated Suply Chain (ISC) Pertamina Daniel Purba menuturkan bahwa minyak yang berasal dari negara Libya itu ternyata memiliki perbedaan kandungan komposisi dari yang disepakati 70% Sarir dan 30% Mesla, namun yang datang malah sebaliknya 30% Sarir dan 70% Mesla.

“Jadi kemaren komposisinya terbalik, maka kita pending. Kapal yang di Balikpapan sudah bertolak keluar Indonesia, dia ke Singapura. Saya lupa sejak tanggal berapa itu. Tapi kalau yang tujuan Dumai, dia nggak jadi, putar balik di jalan,” kata Daniel Purba menjawab pertanyaan Aktual.com di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu (21/9).

Sikap penolakan dari Pertamina ini disinyalir karena isu tersebut sudah tercium oleh media terlebih dahulu dan menjadi buah bibir masyarakat. Oleh karenanya Pertamina terpaksa melakukan penolakan pembelian minyak yang dilakukan melalui kontraktor Glencore.

Sesuai informasi yang diterima Aktual.com, skandal tender yang dilaksanakan Pertamina pada bulan Juli 2016, memutuskan membeli crude oplosan mirip kasus Zatapi. Pembelian dilakukan untuk 2 cargo kepada Glencore, seluruhnya akan datang pada bulan september ini, dengan perincian pada tanggal 13-14 September di Balikpapan dengan kapal MT Tataki, pada tanggal 16-17 September kapal dilaporkan akan datang dengan tujuan Dumai menggunakan MT Stavenger Blossom.

Menjadi perhatian secara khusus, pengadaan spot bulan September ini semuanya dimenangkan oleh Glencore. Bulan September Spot Glencore mensuplai: Sarir/Mesla 2x600MB ke Balikpapan dan Dumai, Aseng 600MB ke Balongan, Bonny Light 950MB ke Balikpapan dan 600MB Nile Blend ke Balongan.

Pemilihan crude yang akan dibeli ini dilakukan bersama antara ISC dan Direktorat Pengolahan yang menjalankan kilang-kilang yang dimiliki Pertamina.

Pemilihan ini dilakukan dengan bantuan software GRTMPS, yaitu suatu software optimasi yang menggunakan pendekatan matematika dengan menggunakan asumsi-asumsi yang diinputkan oleh operator software yang notabene adalah pegawai direktorat Pengolahan Pertamina. Sesuai dengan karakteristik software optimasi, hasil yang didapat bukanlah hasil exact, tapi merupakan pendekatan saja yang hasilnya sangat ditentukan oleh operator software tersebut, seperti titik awal dari perhitungan optimasi. Beda titik awal perhitungan, maka hasil optimasi yang didapat kemungkinan juga berbeda.

Hasil perhitungan bukan merupakan hasil optimum mutlak, tapi hanya merupakan optimum relatif. Di sinilah sebenarnya kelemahan dari sistem pengadaan minyak mentah Pertamina, sangat tergantung dari operator software dan perintah dari atasan operator tersebut yaitu Direktur Pengolahan dan Direktur Utama. Bila operator tidak dapat memenuhi permintaan atasan, maka ia bisa saja dipindahkan ke tempat yang terpencil seperti di papua.

(Reporter: Dadangsah)

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka