Jakarta, Aktual.com – PT Pertamina (Persero) kembali tercoreng dengan terkuaknya kasus impor minyak oplosan yang tidak sesuai spesifikasi melalui trader Glencore. Kasus kali ini semakin memperpanjang daftar gelap persoalan mafia migas yang membelit perusahaan plat merah tersebut.
Namun hingga saat ini pihak Pertamina belum bersedia melaporkan nilai kerugiannya yang harus dituntut ganti rugi kepada Glencore. Direktur Pengolahan Pertamina, Rachmad Hardadi mengaku sedang mengevaluasi secara mendalam cost yang dikeluarkan untuk menanggulangi kebutuhan crude agar kilang dapat berproduksi secara normal.
“Sedang kita evaluasi, sekarang kita lagi dalami,” kata Rahmad di Gedung DPR Senayan Jakarta, Senin (3/10)
Namun kendati hasil evaluasi belum keluar, Rachmad meyakinkan masyarakat bahwa produksi kilang tetap berjalan normal dan tidak akan menghambat distribusi ke masyarakat. Hal ini karena pasokan minyak yang gagal dari Glencore dapat ditutupi dengan cadangan crude yang dimiliki Pertamina.
“Yang penting produksinya tetap jalan dan tidak berpengaruh karena stok crudenya kita banyak, jadi dipastikan tidak ada gangguan,” tandas Rahmad.
Perlu diketahui bahwa Gelncore telah mengirim minyak jenis Sarir dam Mesla tidak sesuai komposisi kesepakatan dalam tender. minyak yang berasal dari negara Libya itu seharusnya memiliki kandungan komposisi 70% Sarir dan 30% Mesla, namun yang datang malah sebaliknya 30% Sarir dan 70% Mesla.
“Jadi kemaren komposisinya terbalik, maka kita pending. Kapal yang di Balikpapan sudah bertolak keluar Indonesia, dia ke Singapura. Saya lupa sejak tanggal berapa itu. Tapi kalau yang tujuan Dumai, dia nggak jadi, putar balik di jalan,” kata Vice President ISC Pertamina, Daniel Purba.(Dadangsah Dapunta)
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Andy Abdul Hamid