Jakarta, Aktual.com — Pertamina EP Asset 3 Jatibarang, Cirebon, Jawa Barat, tidak dapat mencapai target produksi minyak dan gas yang sudah ditentukan pada tahun 2015.

“Tidak tercapai target produksi karena pengaruh harga minyak dunia yang semakin tinggi, sehingga harga operasional ikut terdampak,” kata Asisten Manager Petroleum Enginering Pertamina EP Asset 3 Catherine Febriana kepada para wartawan di Cirebon, Jumat (18/12).

Dia menjelaskan bahwa target produksi minyak 2015 sebesar 9.472 barel per hari (BOPD). Namun produksi yang berhasil dicapai adalah 7.979 bopd atau hanya sebanyak 84,27 persen.

Sedangkan untuk gas targetnya adalah sebesar 70,57 mmscfd, namun yang dapat dicapai realisasi 2015 adalah 68,53 mmscfd. Pengaruh harga minyak membuat kegiatan eksplorasi dan pemboran terhambat, karena sekali pemboran membutuhkan investasi sekitar 4 juta dolar As.

Tahun sebelumnya Pertamina EP Jatibarang dapat mencapai target penuh, yaitu sekitar 8.000 barel per hari. Tahun 2016, Pertamina EP Jatibarang menargetkan minyak sebanyak 9.000 BOPD, sedangkan untuk gas sebanyak 70 mmscfd.

Sementara itu, harga minyak mentah bervariasi di perdagangan Asia, setelah patokan minyak AS ditutup pada tingkat terendah sejak Februari 2009 karena memburuknya kekhawatiran kelebihan pasokan dan dolar yang lebih kuat.

Pada sekitar pukul 06.00 GMT, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari diperdagangkan pada 34,85 dolar AS per barel, berkurang 10 sen dari penutupan 34,95 dolar AS per barel di New York.

Tetapi patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk penyerahan Februari naik 15 sen menjadi diperdagangkan pada 37,21 dolar AS per barel.

Minyak diperdagangkan mendekati tingkat yang terakhir terlihat pada puncak krisis keuangan global terakhir, karena para produsen termasuk kelompok OPEC terus memproduksi minyak meskipun harga tertekan dan permintaan global lesu.

Menambah kesengsaraan komoditas tersebut, keputusan Federal Reserve AS pada Rabu (16/12) menaikkan suku bunga acuan untuk pertama kalinya dalam sembilan tahun, meningkatkan dolar dan dengan demikian membuat minyak mentah lebih mahal untuk pembeli dengan mata uang lemah.

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu