Garut, Aktual.com — PT Pertamina (Persero) menyiapkan pendanaan sebesar 2,5 miliar dolar AS atau setara Rp33 triliun untuk investasi pembangkit listrik tenaga panas bumi hingga 2019.
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto dalam siaran pers di Jakarta, mengatakan dana tersebut digunakan menambah kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) sebesar 505 MW hingga menjadi 907 MW pada 2019.
“Kami telah menempatkan pengembangan panas bumi dalam salah satu prioritas strategis dan kami telah memiliki cetak biru pengembangan panas bumi hingga 2019,” katanya saat peresmian PLTP Kamojang Unit 5 berkapasitas 35 oleh Presiden Joko Widodo di Garut, Jabar, seperti ditulis Senin (6/7).
Menurut dia, pemanfaatan PLTP berkapasitas sebesar 907 MW itu dapat menghemat penggunaan BBM sekitar 43.000 barel setara minyak per hari.
Dwi menambahkan, saat ini, Pertamina sedang melaksanakan proyek PLTP Kamojang 5 (1×35 MW) dan Karaha (1×30 MW) di Jawa Barat, Ulubelu 3 & 4 (2×55 MW) di Lampung, dan Lumut Balai 1 dan 2 (2×55 MW) di Sumatera Selatan.
Lalu, Pertamina juga mengerjakan proyek Lahendong 5 dan 6 (2×20 MW) dan pembangkit skala kecil Lahendong 2×5 MW di Sulawesi Utara, Sibayak 1×5 MW di Sumatera Utara, Hululais 1 dan 2 (2×55 MW) di Bengkulu, dan Sungai Penuh 1 (1×55 MW) di Jambi.
“Keseluruhan proyek tersebut memiliki total kapasitas pembangkitan 505 MW dan investasi sekitar 2,5 miliar dolar,” ujarnya.
Menurut dia, proyek-proyek tersebut akan mulai beroperasi komersial secara bertahap mulai 2015 hingga 2019.
Dengan tuntasnya proyek-proyek tersebut, lanjutnya, Pertamina akan memiliki kapasitas sebesar 907 MW pada 2019.
Dwi melanjutkan, hampir seluruh proyek panas bumi yang dikelola PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), anak perusahaan Pertamina, dilaksanakan PT Rekayasa Industri.
“Proyek-proyek tersebut diharapkan dapat menyerap tenaga kerja sekitar tujuh ribu orang selama proyek berlangsung,” katanya
Artikel ini ditulis oleh: