Jakarta, Aktual.co — PT Pertamina (Persero) selama periode Januari-Februari 2015 mencatatkan kerugian bersih sebesar Rp2,7 triliun yang dipicu oleh merosotnya pendapatan pada bisnis hilir.
Menanggapi hal itu, Energy Watch Indonesia (EWI) menilai sudah saatnya Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk turun tangan menyelidiki kerugian yang cukup signifikan tersebut.
“Dalam hal ini, BPK sebetulnya harus segera turun dalam kuartal pertama ini memeriksa dan mengaudit Pertamina, supaya jelas apa penyebab kerugian Pertamina yang sebenarnya,” kata Direktur Eksekutif EWI Ferdinand Hutahaean kepada Aktual, Jakarta, Rabu (8/4).
Ferdinand mengatakan, kerugian Pertamina patut dicurigai mengingat subsidi sudah hampir tidak ada. Kerugian tersebut disinyalir akibat dari kesalahan jajaran direksi yang patut ditindak lanjuti secara hukum.
“Ya BPK harus turun sebagai kewajiban BPK sebagaimana diatur UU. BPK tanpa diminta harus turun untuk memeriksa dengan audit forensik. Supaya ketahuan apa penyebab kerugian yang terjadi saat ini,” ucap Ferdinand.
Ia menegaskan, hal ini perlu dicermati dengan betul apa penyebab kerugiannya, apakah karena aksi korporasi yang salah atau karena kewajiban subsidi atau karena ketidak hati-hatian direksi dalam menjalankan tugasnya.
“Kerugian Pertamina, yang terjadi saat ini menurut pengamatan kami cenderung terjadi karena ketidak hati-hatian direksi dalam menjalankan tugasnya, tidak mampu melakukan efisiensi operasional dan tidak mampu menjadikan Pertamina untung, padahal kewajiban subsidi yang diberikan negara lewat Pertamina sudah tidak seberapa besar,” tutupnya.
Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengungkapkan bahwa penyebab utama Pertamina merugi sebesar USD212,3 juta atau sekitar Rp2,7 triliun di Januari-Februari adalah karena rugi bisnis hilir yang mencapai USD368 juta. Kerugian tidak bisa dihindari meskipun dalam Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) periode Januari-Februari 2015 laba ditargetkan sebesar USD280 juta. Sedangkan RKAP laba bersih dalam selama tahun 2015 diproyeksikan sebesar USD1,731 miliar.
Pada pos EBITDA di Januari-Februari 2015 dibukukan sekitar USD402 juta dolar AS, sedangkan dalam satu tahun (2015) diproyeksikan mencapai sebesar USD5,760 miliar turun tipis dari realisasi tahun 2014 yang sebesar USD5,843 miliar.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka

















