Dirut Pertamina Dwi Soetjipto memberi paparan dalam konferensi pers tentang kinerja Pertamina kuartal II di Kantor Pertamina, Jakarta, Selasa (5/8). PT. Pertamina Persero mencatatkan laba bersih sebesar 570 juta dolar AS per semester I 2015 atau mengalami penurunan dari periode yang sama pada tahun lalu. ANTARA FOTO/Rosa Panggabean/foc/15.

Jakarta, Aktual.com — Indonesia Energi Watch [IEW] mengomentari pernyataan angka kerugian PT Pertamina (Persero) sekitar Rp15,2 triliun yang disampaikan sekretaris perusahaan Wisnuntoro kemarin, sangat mengagetkan publik. Angka yang sangat besar itu membuat publik terheran-heran karena diluar kewajaran.

Demikian disampaikan Penasihat IEW, M.Ahmadi dalam siaran pers yang diterima Aktual.com Senin (28/9).

“Pertamina sebagai perusahaan tulang punggung perekonomian nasional malah mengalami kerugian yang sangat besar. Padahal kita tahu bahwa harga jual bbm bersubsidi dinaikkan ditengah merosotnya harga minyak dunia. Seharusnya Pertamina mendapatkan keuntungan bukan kerugian,” kata dia.

Ahmadi menduga bahwa ada kelalaian dan buruknya manejerial perusahaan yang dipimpin oleh Dwi Soetjipto.

“Dwi Soetjipto seperti tidak memahami bisnis migas dan tidak cakap dalam memanej perusahaan sebesar Pertamina. Kalau hal itu didiamkan saya rasa Pertamina bisa ambruk alias bangkrut jika tetap dipimpin Dwi Soetjipto,” tegasnya.

Maka dengan itu Ahmadi meminta sebaiknya Pimpinan Komisi VI DPR segera memanggil Dwi Soetjipto untuk diminta klarifikasi dan pertanggungjawabannya atas kerugian tersebut.

“Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) juga harus segera melakukan audit investigatif mengapa pertamina bisa mengalami kerugiaan sebesar itu,” tegasnya lagi.

Kalau ditemukan adanya kelalaian atau penyimpangan atas pengelolaan perusahaan maka menurut Ahmadi sebaiknya Dwi Soetjipto mengundurkan diri dan diminta pertanggungjawabannya.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan